Cegah Pendangkalan, Kelompok Nelayan Dukung Normalisasi Sungai Wonorejo Surabaya

Mu'minin menilai bahwa kesadaran warga agar tidak membuang sampah ke sungai juga sangat penting.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Sep 2022, 13:05 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2022, 13:05 WIB
Sungai Wonorejo Surabaya semakin menyempit. (surabaya.go.id)
Sungai Wonorejo Surabaya semakin menyempit. (surabaya.go.id)

 

Liputan6.com, Jakarta Pengurus Kelompok Nelayan Rukun Makmur Wonorejo Surabaya Mu'minin mendukung Pemkot Surabaya normalisasi saluran. Menurutnya, normalisasi di sungai Mangrove Wonorejo memang harus rutin dilakukan setiap tahun.

"Bagusnya setiap tahun ada normalisasi. Karena sungai juga butuh perawatan. Karena kalau tidak dirawat, maka sungai itu akan bertambah dangkal," kata Mu'minin, Selasa (6/9/2022).

Mu'minin menilai bahwa kesadaran warga agar tidak membuang sampah ke sungai juga sangat penting. Sebab, terjadinya pendangkalan sungai juga dapat disebabkan karena masih adanya warga yang membuang sampah sembarangan.

"Karena mereka masih menganggap sungai itu tempat sampah raksasa. Jadi yang bermasalah itu bukan hanya sungai dangkal, tapi juga sampah," ujarnya.

Sebagai nelayan, tentu saja Mu'minin sangat terganggu dengan adanya sampah-sampah tersebut. Terlebih lagi, sampah akan sangat mengganggu kehidupan biota sungai dan pesisir pantai.

"Dengan adanya sampah itu kami pasti sangat terganggu. Karena kalau sungai banyak sampah, maka ikan-ikan di pesisir pantai akan hilang sendirinya," tuturnya. 

Oleh karenanya, Mu'minin mengapresiasi upaya pemkot Surabaya normalisasi Sungai Mangrove Wonorejo. Meski demikian, kata dia, alangkah baiknya lagi ketika warga yang tinggal berdekatan dengan sungai tak lagi membuang sampah sembarangan.

Sejak Mei 2022

Kepala Bidang Drainase DSDABM Kota Surabaya, Eko Juli Prasetya mengatakan, pengerjaan normalisasi saluran rutin dilakukan sejak Mei 2022 dan berakhir mendekati musim penghujan. Tujuannya untuk mengembalikan lebar sungai seperti keadaan awal.

“Pengerukan memang untuk saluran sungai. Artinya, mengembalikan lebar sungai seperti semula. Dulu lebarnya 30 meter, di lapangan sekarang tinggal 20 meter dan yang 10 meter itu ditanami mangrove,” kata Eko.

Eko mengungkapkan, bahwa endapan lumpur hasil pengerukan diletakkan di jalan inspeksi sungai yang berada di sisi bagian samping sungai. Namun, jalur inspeksi tersebut ditanami mangrove oleh pegiat lingkungan. Nah, karena sungai dilakukan pelebaran, maka jalur inspeksi seharusnya juga dilebarkan.

“Semakin lebar sungai, maka jalur inspeksi juga akan semakin lebar. Nah, itu ada jalur inspeksi yang ditanami oleh tanaman mangrove. Ketika kita melakukan normalisasi, maka tumbuhan tertimbun hasil pengerukan,” ujarnya.

 

Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet
Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya