Liputan6.com, Situbondo - Pemerintah Kabupaten Situbondo mengusulkan ke Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) pengerukan sedimentasi Bendungan Sampean Baru untuk mencegah banjir.
Bupati Situbondo Karna Suwandi menyatakan, bendungan Sampean Baru merupakan hulu sungai yang mengalir di Situbondo. Hal ini dilakukan karena pada 2022 dan 2008 Situbondo pernah diterjang banjir bandang.
Dengan terjadinya pendangkalan di Bendungan Sampean Baru itu, menurut dia, maka otomatis debit air berkurang karena hampir 90 persen Bendungan Sampean Baru dipenuhi dengan lumpur.
Advertisement
“Dulu, setiap lima tahun sekali ada pengerukan sedimentasi. Tapi sekarang sudah berpuluh-puluh tahun tidak ada pengerukan. Padahal, akibatnya akan berdampak sangat fatal bagi Situbondo," paparnya.
Bupati Karna menjelaskan, bahwa Kabupaten Situbondo yang mempunyai siklus banjir enam tahunan berharap kepada pemerintah pusat agar melakukan pengerukan sedimentasi di Bendungan Sungai Sampean Baru.
“Gunanya pengerukan di bendungan ini untuk mengendalikan banjir dan pasokan air irigasi yang menuju arah Situbondo. Karena pengelolaan debit air di Bendungan Sungai Sampean Baru mengalami pendangkalan ekstrem," tambahnya.
7 Kecamatan Rawan Banjir
Kepala Bidang Kedaruratan dan Kesiapsiagaan BPBD Situbondo Gatot Trikorawan mengatakan, berdasarkan hasil pemetaan BPBD terdapat tujuh Kecamatan yang rawan bencana banjir dan tanah longsor.
Tujuh kecamatan itu adalah Kecamatan Situbondo Kota, Banyuputih, Besuki, Mlandingan, Panji, Asembagus, dan Kecamatan Sumbermalang.
"Ini rawan banjir karena dataran rendah dan dilewati sungai besar," papar Gatot.
Untuk itu masyarakat diimbau untuk tetap waspada di musim penghujan. Karena Situbondo sebagian sudah memasuki musim penghujan.
"Tetap waspada, untuk peringatan dini banjir kami juga telah memasang EWS di dua sungai besar sebagai bentuk peringatan dini,”pungkasnya.
Advertisement