Liputan6.com, Surabaya - Dua calon haji asal Lamongan meninggal dunia di Madinah, Arab Saudi. Mereka adalah Mardi Wijono Teguh (75) yang tergabung dalam kloter 25 dan Umi Hanik Mualam (53) yang tergabung dalam kloter 26 Embarkasi Surabaya.
Ketua PPIH Embarkasi Surabaya Husnul Maram menyatakan, kedua calon haji asal Lamongan tersebut dipastikan meninggal dunia akibat penyakit jantung. Â
Sementara PPIH Embarkasi Surabaya mencatat jamaah calon haji asal Jawa Timur yang meninggal dunia di Madinah sebanyak enam orang.Â
Advertisement
Sebelumnya, calon haji asal Bangkalan Suryati Busir, usia 91 tahun, yang tergabung dalam kloter 2 Embarkasi Surabaya meninggal di Madinah karena sakit pada 31 Mei 2023.
Masih dari kloter 2 Embarkasi Surabaya, calon haji asal Kota Madiun, Ibnu Syahid Dasjil, usia 64 tahun, meninggal dunia karena sakit di Madinah pada 28 Mei 2023.
Dua calon haji lainnya yang meninggal dunia di Madinah adalah Ahmad Suhadak Riduwan, usia 53 tahun, asal Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, yang tergabung dalam kloter 9 dan Langen Delem Dussalam, usia 90 tahun, asal Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan dari Kloter 1.
Husnul, yang juga menjabat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Jawa Timur, memastikan jamaah yang meninggal dimakamkan di Madinah.Â
"Insya Allah husnul khotimah karena meninggal dalam momen melaksanakan ibadah haji di tempat yang penuh barokah, yakni Madinah," ujarnya.
Hingga Senin malam, 5 Juni 2023, PPIH Embarkasi Surabaya telah memberangkatkan 32 kloter atau sebanyak 14.388 jamaah termasuk petugas haji ke Tanah Suci.Â
PPIH Embarkasi Surabaya mencatat dari 32 kloter yang telah diberangkatkan ke Tanah Suci terdapat sejumlah calon haji yang tertunda keberangkatannya.
Di antaranya empat orang masih dirawat di Rumah Sakit Haji Surabaya karena sakit. Masing-masing dari kloter 23 Bojonegoro yang sakit paru dan liver, dari kloter 24 Lamongan sakit demensia, dari kloter 25 Lamongan sakit anemia dan kloter 27 Lamongan sakit tulang.Â
Ada yang Terkendala Visa
Husnul menandaskan seorang calon haji tertunda keberangkatannya karena terkendala visa dan istrinya ikut menunda keberangkatannya.
"Kendala penerbitan visa ini disebabkan oleh sistem perekaman biometrik pada aplikasi Saudi Visa Bio. Bio visa masih baru di Indonesia. Ternyata meskipun pada aplikasi rekam biometrik itu sudah diterima, namun ada beberapa kasus seperti wajah atau sidik jari jamaah masih tidak terbaca karena. mohon maaf, ada yang tidak punya tangan atau lapisan telapak tangan terlalu tebal, sehingga belum bisa di-print out visanya," katanya.Â
Kemenag biasanya menindaklanjuti dengan langsung datang ke Kedutaan Besar Arab Saudi untuk memberikan klarifikasi sehingga jamaah yang terkendala segera diterbitkan visanya, sehingga bisa berangkat dengan rombongan kloter berikutnya.
Advertisement