PT Garam Hemat Bahan Bakar 30 Persen Karena Pakai Gas Bumi
Subholding Gas Pertamina memenuhi kebutuhan gas bumi PT Garam (Persero), dari hasil sinergi BUMN ini menghasilkan efisiensi bahan bakar sebesar 30 persen.
Group Head PGN SOR 3, Iwan Yuli Widyastanto mengatakan, PGN Sales Operation Region 3 Jatim Jateng telah menyalurkan gas perdana (gas in) dengan pemenuhan kebutuhan gas bumi sebesar 350 s.d 1.750 MMBTU ke fasilitas PT Garam yang berlokasi di Kawasan Industri Garam Segoromadu – Gresik, Jawa Timur. Gas bumi dari PGN dipakai untuk bahan bakar dalam memproduksi garam.
“Kami senang sekali, salah satu industri produsen garam di Jawa Timur memutuskan untuk menggunakan gas bumi PGN. Dari penggunaan gas bumi, PT Garam akan mendapatkan efisiensi biaya bahan bakar sekitar 30 persen. Kedepan kami komitmen menjaga kehandalan layanan dan berharap nilai lebih gas bumi memberi manfaat nyata bagi produktivitas PT Garam,” kata Iwan, di Jakarta (13/2/2022).
Untuk menunjang pasokan gas bumi, Subholding Gas Pertamina akan terus berinisiatif dalam membangun infrastruktur untuk memperluas jaringan gas bumi ke berbagai wilayah. Salah satunya adalah mengembangkan infrastruktur beyond pipeline, agar dapat melayani kebutuhan gas bumi di lokasi yang jauh dari jaringan pipa gas bumi.
“Penggunaan gas bumi pada sektor industri komersial dapat lebih bersih dan efisien, sehingga harapannya dapat benar-benar menjadi katalis perkembangan industri serta menumbuhkan ekonomi masyarakat sekitar,” ujar Iwan.
Industri Garam di Indonesia Dituntut Gunakan Teknologi Untuk Meningkatkan Produksi
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Safri Burhanuddin mengungkapkan, bahwa pihaknya tengah mematangkan proses harmonisasi Program Flagship Prioritas Riset Nasional Teknologi Garam Terintegrasi dan sentra ekonomi garam rakyat untuk tata kelola pergaraman nasional yang baik.
Menurutnya, program ini bertujuan untuk memutuskan sistem atau metode pergaraman yang akan dipakai untuk menghasilkan garam dengan kualitas di atas 96 persen.
Terlebih, kebutuhan garam nasional diperkirakan mencapai 4,5 juta ton, sedangkan produksi garam sampai tahun 2024 ditargetkan 3,4 juta ton. Ini artinya kebutuhan impor garam masih sekitar 1,1 juta ton.
"Kalau itu memang sistemnya PT Garam, kita harus berani mengatakan bahwa sistemnya harus memiliki standar yang lebih baik. Dia (PT Garam) tidak boleh lagi pakai teknologi yang dia pakai sekarang yang hasilnya cuma 50-60 ton, harusnya bisa menghasilkan 100-150 ton garam," kata Deputi Safri dalam pernyataannya, Kamis (11/6).
Purbaya mengatakan, penggunaan teknologi canggih diyakini dapat menambah jumlah produksi garam yang dihasilkan. Sehingga dapat menekan impor garam dan guna mencapai swasembada garam.
Sementara itu, Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim, Amalyos mendorong percepatan proses harmonisasi dan sinkronisasi program tersebut pada Kementerian/Lembaga terkait.
"Ada banyak hal yang telah dilakukan untuk mendorong bagaimana memproduksi garam industri, dan hal itulah yang akan kita terus dorong dan fasilitasi sinkronisasinya," ujarnya.
Berita Terbaru
Ciri Sejarah Sebagai Ilmu: Pengertian, Karakteristik, dan Penerapannya
KPU Jakarta Serahkan Berkas Pengesahan Gubernur dan Wagub Terpilih ke DPRD
350 Caption Korea Aesthetic untuk Instagram Kamu
Ramalan Baba Vanga, 5 Zodiak Ini Akan Beruntung Finansial di Tahun 2025
PUBG: Battlegrounds Hadirkan Karakter AI yang Bisa Diajak Berinteraksi
Ganti Zirkzee, Manchester United Tawar Striker Haus Gol Liga Inggris asal Prancis
Badendang Rotang, Warisan Budaya Maluku Tengah Sarat Makna
Top 3: Heboh Pagar Laut di Tangerang Bikin Presiden Prabowo Turun Tangan
Ghost Soccer: Bola Mati, Film Horor Komedi Bertema Sepak Bola Produksi Sinemata Buana Kreasindo
Memahami Modifikasi Makanan Daerah, Inovasi Kuliner Nusantara Menggoda Selera
Puan Akui PDIP Belum Bahas soal Pengganti Hasto: Kita Lihat Dulu
Mana Dulu, Sedekah ke Anak Yatim atau Orang Terdekat yang Membutuhkan? Ini Kata Buya Yahya