Siapa Pelaku Kampanye Hitam di Media Sosial?

Apakah tim sukses (timses) kedua pasang capres-cawapres, atau ulah para simpatisan?

oleh Adhi Maulana diperbarui 13 Jun 2014, 10:18 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2014, 10:18 WIB
Ilustrasi Sosial Media
Ilustrasi Sosial Media

Liputan6.com, Jakarta - Kampanye hitam marak menghiasi media sosial beberapa waktu belakangan menjelang digelarnya Pemilihan Umum Presiden pada 9 Juli 2014 mendatang. Membanjirnya jenis-jenis kampanye hitam dikhawatirkan dapat membuat para pengguna media sosial resah.

Bahkan sejumlah pengguna media sosial ada yang memilih untuk tidak lagi berteman (unfriend), atau meng-unfollow akun tertentu yang kerap melancarkan kampanye hitam.

Lalu sebenarnya siapa pelaku kampanye hitam? Apakah tim sukses (timses) kedua pasang capres-cawapres, atau ulah para simpatisan?

Saat ditanyakan terkait masalah ini, Yanuar Nugroho, PhD. Peneliti Senior di Bidang Inovasi dan Perubahan Sosial di Universitas Manchester, Inggris, mengaku tidak memiliki data yang valid untuk membuktikannya.

Namun ia menjelaskan, "Bisa saja keduanya (timses dan simpatisan). Tapi ingat adagium ini: keburukan (atau berita buruk) jauh lebih cepat tersebar ketimbang kebaikan (atau berita baik). Bisa saja satu anggota tim sukses menyebarkan lalu segera jadi viral di kalangan simpatisan. Atau sebaliknya."

Yanuar juga memberikan tips bagaimana agar para pengguna media sosial tidak terlalu mudah terpengaruh dengan opini negatif yang dilontarkan via media sosial.

"Ingat satu hal ini: Untuk semua berita atau kabar yang muncul di media (konvensional maupun sosial), itu hanya separuh cerita. Separuhnya lagi tentu disembunyikan (sadar atau tidak). Jadi memang perlu melek media. Melek artinya: mau sedikit 'bekerja keras' melakukan cek mendalam sendiri," paparnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya