Liputan6.com, Jakarta - Serangan brutal yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza mendulang reaksi dari banyak pihak, tak terkecuali hacker. Perang pun merambah ke dunia maya.
Hacker dikabarkan telah meng-hack situs harian koran digital Israel, Haaretz. SMS palsu pun bertebaran. Ribuan pengguna smartphone di Israel yang juga pembaca Haaretz menerima pesan SMS yang mengklaim dari Haaretz. Namun faktanya SMS itu dikirim dari akun palsu.
Pesan itu ditulis dalam bahasa Inggris. Isinya menyatakan bahwa rudal telah menghantam sebuah pabrik petrokimia di Haifa. SMS yang kedua menyatakan bahwa 25 warga Israel tewas dalam serangan roket yang ditembakkan ke pabrik Petrokimia di Haifa.
Sejauh ini, tampaknya hanya pengguna iPhone saja yang menjadi target pengiriman SMS palsu tersebut.
Haaretz sendiri, menurut keterangan di situsnya, tidak menggunakan layanan SMS. Mereka biasanya mengirimkan update berita menggunakan sistem push notification ke pengguna aplikasi mereka. Sistem ini diyakini masih aman dan belum kena hack.
Mengetahui peredaran SMS palsu ini, Haaretz segera mengeluarkan klarifikasi dalam bahasa Ibrani dan Inggris, yang menyatakan bahwa SMS tersebut bukan SMS resmi dari Haaretz. Pihak Haaretz juga berkonsultasi dengan aparat penegak hukum terkait kemungkinan mengajukan pidana.
Belum diketahui siapa dalang dibalik pengiriman SMS palsu tersebut. Namun pihak Israel menduga kemungkinan besar SMS dikirim oleh Hamas untuk menyerang psikologis warga Israel dengan tujuan membuat panik warga Israel.
Upaya perang psikologis semacam ini juga pernah terjadi 20 bulan lalu melalui Operation Pillar of Defense. Saat itu hacker membuat beberapa akun email dan Facebook page palsu untuk meyakinkan warga Israel bahwa jumlah korban sesungguhnya jauh lebih banyak dari yang diumumkan sumber-sumber resmi.
Tahun 2012, banyak warga Israel yang menerima pengumuman palsu via email dari "IDF Spokesman". Isinya memperingatkan agar warga tidak membuka pesan SMS karena jika dibuka, maka teroris di Gaza akan dapat melacak mereka.