Liputan6.com, Jakarta - Jika dua tahun yang lalu Big Data menjadi salah satu isu teknologi yang banyak disorot perusahaan, tahun ini Big Data telah digeser oleh Internet of Things. Ya, era Internet of Things (IoT) sudah tiba.
Kita sekarang berada di era internet. Jumlah perangkat yang terintegrasi internet kian menjamur. Dan ini mengubah cara orang mengintegrasikan teknologi ke kehidupan mereka. Seiring makin banyaknya perangkat terkoneksi internet, keamanan menjadi tantangan besar berikutnya yang harus dihadapi.
Karena itulah perusahaan software keamanan Trend Micro menggelar konferensi tentang keamanan internet hari ini di Jakarta, yang dihadiri para CXO dan manajer senior bidang keamanan internet dari sejumlah vendor terkemuka. Konferensi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pengamanan infrastruktur digital.
"Kita hidup di era internet. semua perangkat kini sudah terkoneksi internet. Karena itu kita perlu mengamankannya jika tidak mau privasi kita dicuri orang," kata Dhanya Takkar, Managing Director SEA & India Trend Micro dalam acara jumpa pers di Hotel Mulia, Rabu (20/8/2014).
Dalam presentasinya, Dhanya menunjukkan foto perbandingan penggunaan ponsel tahun 2005 dengan 2013 di sebuah acara publik. Pada tahun 2005 terlihat masih sedikit orang yang menggunakan ponsel, dan di tahun 2013 hampir semua orang sudah menggunakan perangkat mobile.
Menurut Dhanya, salah satu ancaman besar yang dihadapi di era Internet of Things adalah cyber threat. "Isu-isu terkait ancaman keamanan dan privasi informasi semakin mengemuka. Karena itu perspektif pengguna dalam mempertahankan keamanan perlu ditingkatkan," ujarnya.
Menurut laporan Trend Micro yang berjudul "Turning the Tables on Cybercrime: Responding to Evolving Cybercrime Tactics", pada pertengahan Juli 2014 telah terjadi lebih dari 400 insiden pembobolan data. Padahal data merupakan aset paling berharga.
Di Indonesia, jumlah malware yang menyasar perbankan online pada kuartal dua 2014 meningkat 224% dibanding kuartal pertama. "Dari seluruh koneksi botnet yang terdeteksi di kawasan Asia Tenggara, 59%-nya berasal dari Indonesia," jelas Dhanya.
Angka itu menempatkan Indonesia di posisi pertama sebagai negara dengan aktivitas botnet tertinggi di Asia Tenggara.
Pada kuartal dua 2014, Trend Micro juga menemukan adanya ancaman berbahasa Indonesia yang menyebar lewat tweet. Tweet berbahaya ini mendompleng kejadian kecelakaan pesawat MH17 agar banyak orang terjebak. Korban nantinya akan diarahkan ke situs-situs berbahaya yang mengandung malware.
Tantangan di Era Internet of Things, Sudah Siapkah Anda?
Seiring makin banyaknya perangkat terkoneksi internet, keamanan menjadi tantangan besar berikutnya yang harus dihadapi.
Diperbarui 20 Agu 2014, 17:27 WIBDiterbitkan 20 Agu 2014, 17:27 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Tujuan atau Manfaat Lalu Lintas: Panduan Lengkap untuk Keselamatan dan Ketertiban di Jalan Raya
Wudhu Gunakan Air dalam Botol Spray yang Disemprotkan, Apakah Sah?
VIDEO: Jelang Ramadan, Harga Telur dan Daging Ayam Merangkak Naik
VIDEO: Massa Demo Indonesia Gelap Bacakan Puisi Sebelum Bubarkan Diri
Mimpi Membuat Rumah: Makna, Tafsir, dan Cara Mewujudkannya
MK Akan Bacakan 40 Putusan Sengketa Pilkada Senin 24 Februari 2025
VIDEO: Amnesty International Indonesia Desak Kapolri Usut Dugaan Intimidasi Band Sukatani
Profil Dean James yang Bakal Dinaturalisasi Bela Timnas Indonesia
Iklan Pakaian Dalam Terbaru David Beckham Bikin Victoria Khawatir Diselingkuhi
Selundupkan 4 Ton Pupuk Bersubsidi, Polisi Tangkap Kepala Dusun dan Petani di Sidrap
Mimpi Membeli Beras: Makna dan Tafsir Lengkap
Polri Tanggapi Lagu Bayar Bayar Bayar Milik Band Sukatani: Kami Tidak Anti Kritik!