Liputan6.com, California - Pemanasan global (global warming) memang menjadi isu yang diperbincangkan sejak lama. Berbagai dampak negatif dari fenomena tersebut terus dirasakan manusia sampai saat ini.
Bahkan, berdasarkan rumor dan spekulasi ilmiah yang beredar, nasib Bumi akan berakhir akibat pemanasan global yang mana akan mencairkan bongkahan es di kutub utara dan selatan, sehingga menyebabkan permukaan air laut naik.
Berkaitan dengan isu tersebut, penelitian terbaru tentang efek pemanasan global baru-baru ini dirilis oleh The National Aeronautics and Space Administration (NASA). Penelitian itu memperlihatkan hasil studi tentang kenaikan tinggi permukaan air laut di Bumi akibat efek pemanasan global.
Berdasarkan informasi yang dilansir The Guardian, Sabtu (29/8/2015), studi tersebut menunjukkan bahwa tinggi permukaan air laut mengalami kenaikan setinggi delapan sentimeter sejak 1992.
Jika ke depannya iklim Bumi semakin tidak stabil akibat efek pemanasan global, maka permukaan air laut akan semakin tinggi dan menyebabkan sebagian besar permukaan tanah di Bumi tenggelam.
Sebelumnya, para peneliti memperkirakan kenaikan berkisar antara 0,3 hingga 0,9 sentimeter sampai 100 tahun mendatang. Namun, NASA menampik prediksi para ilmuwan tersebut dengan hasil studinya yang baru saja diumumkan baru-baru ini.
"Kenaikan permukaan air laut lebih cepat dan lebih besar dari prediksi 50 tahun lalu. Bisa saja hal ini akan bertambah buruk," jelas pakar Associate Professor Colorado Center for Astrodynamics Research (CCAR) NASA, Steve Nerem.
Advertisement
Kenyataannya, tingkat kenaikan air laut memang berbeda-beda di beberapa wilayah dan mengalami kenaikan air laut sehingga penurunan permukaan tanah terjadi.
Kenaikan permukaan air laut disebabkan oleh suhu perairan yang cenderung memanas. Hampir setengah dari jumlah bongkahan es raksasa di dunia meleleh akibat hal itu.
(jek/isk)