Liputan6.com, Jakarta - Ada wilayah di alam semesta yang jauh, di mana beberapa lubang hitam supermasif secara misterius telah sejajar. Sebagai hasilnya, lubang-lubang hitam itu memuntahkan pancaran radio sangat kuat di arah yang sama.
Ini merupakan pertama kalinya para astronom melihat fenomena seperti itu. Mereka mengatakan, ini bisa jadi merupakan hasil dari fluktuasi massa primordial (paling dasar) yang muncul di alam semesta awal.
"Karena lubang hitam ini tidak mengenal satu sama lain, atau memiliki cara untuk bertukar informasi, atau saling memengaruhi secara langsung melalui skala besar seperti itu, kesejajaran perputaran ini pasti terjadi selama pembentukan galaksi di alam semesta awal," tutur salah satu anggota tim, Andrew Russ Taylor, direktur Institute for Data Intensive Astronomy di Afrika Selatan.
Baca Juga
Seperti banyak penemuan lainnya yang terjadi di luar angkasa, tidak ada yang mengira akan menemukan sebuah area, di mana lubang hitam supermasif secara misterius telah berhasil menyinkronkan perputaran mereka.
Taylor dan timnya sebelumnya memburu sumber radio paling samar di alam semesta, dengan menggunakan data dari Giant Metrewave Radio Telescope (GMRT) di India--salah satu fasilitas teleskop radio terbesar dan paling sensitif di dunia.
GMRT baru saja menyelesaikan survei pencitraan radio dalam tiga tahun. Hasilnya, GMRT mendeteksi gelombang radio yang dimuntahkan lubang hitam di area yang jauh dari alam semesta disebut Elais, yang meliputi beberapa galaksi.
Dengan memerhatikan asal arah gelombang radio ini, para peneliti menemukan bahwa di dalam Elais-N1, lubang hitam supermasif di pusat setiap galaksi ini, berputar di arah yang sama. Tapi bagaimana caranya?
Taylor dan rekan-rekannya menilai lubang-lubang hitam itu terlalu jauh untuk memengaruhi kesejajarannya masing-masing di posisi mereka saat ini di ruang angkasa. Karena itu, apa pun yang memaksa mereka berputar di arah yang sama, pasti terjadi di pembentukan alam semesta sangat awal.
"Keselarasan dari lubang hitam mungkin disebabkan perputaran keseluruhan dalam struktur area ruang angkasa, yang dipicu fluktuasi materi primordial di alam semesta awal, jauh bahkan sebelum galaksi terbentuk," tutur Yasmin Tayag sebagaimana dikutip dari Science Alert, Jumat (15/4/2016).
(Why/Isk)