Mengenal Gaia BH1 Lubang Hitam yang hanya 1600 Tahun Cahaya dari Bumi

Sagittarius A* memiliki gravitasi yang sangat kuat sehingga mampu menarik dan bahkan 'memakan' bintang yang berada terlalu dekat dengannya. Fenomena ini menjadikannya salah satu objek paling menarik dalam studi astronomi.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 22 Mar 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2025, 05:00 WIB
Ilmuwan Temukan Lubang Hitam Terbesar Kedua di Galaksi
Sebuah lubang hitam besar yang mungkin menjadi yang terbesar kedua di galaksi baru saja ditemukan... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan pertama kali menemukan sebuah lubang hitam di pusat galaksi Bima Sakti pada 1974. Lubang hitam tersebut dikenal dengan nama Sagittarius A* (Sgr A*), yang memiliki massa sekitar 4,3 juta kali massa matahari dan diameter mencapai 26 juta kilometer.

Sagittarius A* memiliki gravitasi yang sangat kuat sehingga mampu menarik dan bahkan 'memakan' bintang yang berada terlalu dekat dengannya. Fenomena ini menjadikannya salah satu objek paling menarik dalam studi astronomi.

Namun, Sagittarius A* bukan satu-satunya lubang hitam yang ditemukan di galaksi kita. Para astronom juga berhasil menemukan lubang hitam lain yang lebih dekat dengan bumi, yaitu Gaia BH1.

Menurut laporan yang dikutip dari laman Space pada Jumat (21/03/2025), Gaia BH1 adalah lubang hitam bermassa bintang yang berjarak 1.600 tahun cahaya dari bumi. Gaia BH1 memiliki massa sekitar 10 kali lebih besar dari matahari dan menjadi lubang hitam terdekat yang pernah ditemukan dari bumi.

Keberadaan Gaia BH1 pertama kali terungkap melalui pengamatan teleskop antariksa Gaia milik Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA). Gaia mencatat gerakan tak biasa dari bintang pendamping yang menyerupai matahari.

Pengamatan lebih dekat terhadap gerakan tersebut menunjukkan bahwa bintang itu mengorbit sebuah objek tak terlihat dengan massa yang signifikan, yaitu lubang hitam Gaia BH1. Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada awal November 2022.

Untuk meneliti lebih lanjut, para astronom menggunakan instrumen Gemini Multi-Object Spectrograph di observatorium Gemini North. Melalui metode ini, mereka berhasil mengukur kecepatan bintang pendamping saat mengorbit Gaia BH1 dan menentukan periode orbitnya secara akurat.

Pengamatan lanjutan dengan instrumen Gemini mengonfirmasi bahwa sistem biner ini berisi bintang normal yang mengorbit bersama sebuah lubang hitam yang tidak aktif. Gaia BH1 menarik perhatian peneliti karena konfigurasi sistem tersebut sangat tidak biasa dan menimbulkan banyak pertanyaan.

Para ahli belum menemukan skenario astrofisika yang memadai untuk menjelaskan orbit unik yang dimiliki sistem ini tanpa melibatkan setidaknya satu lubang hitam. Gaia BH1 memiliki karakteristik yang menantang pemahaman ilmiah tentang bagaimana lubang hitam terbentuk.

Diperkirakan, lubang hitam ini terbentuk dari bintang besar yang berukuran sekitar lima hingga sepuluh kali massa matahari kita. Saat bintang masif ini mendekati akhir masa hidupnya, ia mulai menggabungkan unsur-unsur berat seperti silikon dan magnesium di intinya.

Proses ini berlanjut hingga elemen besi terbentuk, yang menandai fase kritis bagi bintang tersebut. Pada tahap ini, energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan reaksi fusi sangat besar.

Akibatnya, bintang tidak mampu lagi menahan gaya gravitasinya sendiri. Bintang kemudian mengalami ledakan besar sebelum akhirnya runtuh ke dalam dirinya sendiri, membentuk lubang hitam. Lubang hitam ini biasanya tampak sebagai "jantung gelap" yang dikelilingi oleh cincin cahaya yang kabur dan bengkok.

Misteri terbesar yang masih dihadapi para astronom adalah bagaimana Gaia BH1 mampu mempertahankan bintang pendampingnya hingga sekarang. Secara teori, lubang hitam seukuran Gaia BH1 seharusnya sudah cukup besar untuk menelan bintang pendampingnya jauh sebelum sistem tersebut mencapai kondisi stabil seperti saat ini.

Fakta ini menimbulkan berbagai pertanyaan tentang bagaimana sistem biner seperti Gaia BH1 terbentuk dan berapa banyak lubang hitam tidak aktif lain yang bersembunyi di luar angkasa. Penemuan ini membuka peluang penelitian lebih lanjut mengenai sifat dan evolusi lubang hitam serta dampaknya pada lingkungan sekitarnya di alam semesta.

(Tifani)

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya