Liputan6.com, Jakarta - Penemuan lubang hitam supermasif baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi ancamannya terhadap bumi. Lubang hitam ini ditemukan di pusat galaksi spiral raksasa yang tidak biasa.
Galaksi yang diberi nama resmi 2MASX J23453268−0449256 terletak hampir satu miliar tahun cahaya dari bumi. Melansir laman IFL Science pada kamis (27/03/2025), galaksi spiral ini memiliki ukuran tiga kali lebih besar dibanding Bima Sakti.
Para peneliti menemukan bahwa galaksi ini memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya, yang massanya diperkirakan mencapai satu miliar kali massa matahari. Lubang hitam ini memancarkan jet plasma raksasa—semburan energi berupa gas panas yang sangat cepat dan terang, memanjang hingga 6 juta tahun cahaya.
Advertisement
Baca Juga
Penemuan ini adalah salah satu jet terbesar yang pernah ditemukan di galaksi spiral. Padahal, sebelumnya para astronom meyakini bahwa aktivitas sekuat ini biasanya menghancurkan struktur spiral galaksi, atau hanya terjadi pada galaksi elips raksasa yang tidak memiliki lengan spiral.
Namun, galaksi ini masih mempertahankan lengan spiralnya yang terdefinisi dengan baik, inti terang (nuclear bar), dan cincin bintang dan debu di sekitarnya. Lubang hitam supermasif seperti yang ada di galaksi ini dapat memproduksi jet energi kosmik, yang terdiri dari radiasi gamma, sinar-X, dan partikel berkecepatan tinggi.
Radiasi ini bisa sangat mematikan jika mengarah pada planet yang memiliki kehidupan. Meski begitu, para ilmuwan menyatakan bahwa jet tersebut tidak mengarah ke bumi, sehingga tidak menimbulkan ancaman langsung bagi tata surya kita.
Penemuan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang lubang hitam di pusat Bima Sakti, yang dikenal sebagai Sagittarius A*. Saat ini, Sagittarius A* dalam kondisi relatif tenang (dorman), tetapi para ilmuwan menduga bahwa di masa lalu, ia pernah aktif dan memancarkan jet radio besar.
Bukti ini diperoleh dari sisa-sisa struktur gelembung raksasa yang ditemukan di wilayah pusat Bima Sakti, yang diyakini sebagai jejak aktivitas hebat yang pernah terjadi ratusan ribu tahun lalu. Jika Sagittarius A* suatu hari menjadi aktif kembali, karena menarik dan menghancurkan awan gas, bintang, atau bahkan galaksi kecil yang lewat (disebut tidal disruption event), maka jet serupa bisa terbentuk.
Selain jet raksasa dan lubang hitam supermasif, galaksi 2MASX J23453268−0449256 juga dikelilingi oleh halo besar gas panas yang memancarkan sinar-X, yang berfungsi seperti "selimut panas" dan menghambat terbentuknya bintang baru. Lingkungan ini menciptakan kondisi unik yang membatasi kelahiran bintang meski materi bintang tersedia dalam jumlah besar.
Galaksi ini juga diperkirakan memiliki materi gelap 10 kali lebih banyak dibanding Bima Sakti. Materi gelap ini berperan penting dalam menstabilkan struktur galaksi spiral yang berputar sangat cepat.
Tanpa materi gelap yang mencukupi, galaksi spiral dengan lengan berstruktur jelas cenderung kehilangan bentuknya akibat gaya sentrifugal yang dihasilkan dari rotasi tersebut. Penemuan ini menambah pemahaman baru tentang dinamika galaksi spiral besar dan interaksi lubang hitam supermasif dengan lingkungan sekitarnya.
Para astronom terus meneliti bagaimana lubang hitam semacam ini dapat memengaruhi pembentukan bintang, evolusi galaksi, dan bahkan potensi dampaknya terhadap kehidupan di alam semesta.
(Tifani)