Isu di Media Sosial Harus Konkret dan Terjangkau

Isu di media sosial (medsos) haruslah realistis dan memiliki saluran yang pas seandainya ingin menggerakkan publik,

oleh Liputan6 diperbarui 25 Jul 2016, 14:43 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2016, 14:43 WIB
NoLimits
Aqsath Rasyid, CEO NoLimit

Liputan6.com, Jakarta - Isu di media sosial (medsos) haruslah realistis dan memiliki saluran yang pas seandainya ingin menggerakkan publik. Ambil contoh euforia di soal Rio Haryanto di medsos yang ternyata tidak menghasilkan guliran nyata di masyarakat.

"Ini berbeda dengan kasus warteg di Serang pas Ramadan lalu, yang membuat netizen empati dan akhirnya beramai-ramai ikut petisi bahkan memberi urunan hingga dua ratus juta lebih," ucap Aqsath Rasyid selaku CEO NoLimit di Bandung, Minggu (24/7/2016) malam.

Menurut dia, ketika kasus warteg, masyarakat yang empati langsung menyalurkan simpati dan dukungannya ke change.org.

Masyarakat yang bersimpati dan ingin membantu secara langsung juga bisa transfer ke nomor rekening yang diperlihatkan oleh pembuat petisi dan disebarluaskan lewat pesan instan.

Menurut pria yang menganalisis banyak medsos dari perusahaan global dan multinasional ini, saat Rio Haryanto kekurangan sponsor dana terhadap Manor, masyarakat bingung ke mana mereka harus memberikan dukungannya.

"Akhirnya, momennya pun lewat. Masyarakat mungkin ada yang menyumbang, tapi tidak ada yang tergerak seperti kasus warteg Serang. Di sisi lain, isu Rio juga memang sulit terjangkau," kata magister Teknik Informatika ITB ini.

Aqsath menilai, kekurangan dana Rp 100 triliun bukanlah jumlah sedikit. Hanya kalangan tertentu yang bisa menyumbang signifikan, tapi itu pun tetap tidak akan bisa memenuhi kekurangan secara tuntas.

Dia melihat, seharusnya momen kala itu digiring netizen dengan mendesak pemerintahan pusat, daerah, dan BUMN hingga perusahaan swasta agar peduli dengan kondisi Rio Haryanto yang membawa nama bangsa namun kesulitan.

(Muhammad Sufyan/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya