Uber Merger dengan Rival Utamanya di Tiongkok

Nilai valuasi dari kombinasi Uber Tiongkok dan Didi Chuxing ditaksir mencapai US$ 35 miliar

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 01 Agu 2016, 20:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2016, 20:00 WIB
Cara Menggunakan Fitur Family Profiles di Uber
Uber (theverge.com)

Liputan6.com, Jakarta - Uber dikabarkan telah mengambil langkah penting setelah mendapat izin untuk beroperasi di Tiongkok. Meskipun detailnya belum dirilis, perusahaan itu dipastikan akan menggabungkan lini bisnisnya di Tiongkok dengan Didi Chuxing.

Layanan ride-sharing Tiongkok terbesar itu akan mengambil alih merek, bisnis, dan data Uber di negara tersebut. Kesepakatan ini disebut akan mengakhiri kompetisi dua perusahaan tersebut.

Berdasarkan sumber anonim, nilai valuasi dari kesepakatan bisnis ini ditaksir mencapai sekitar US$ 35 miliar (Rp 457 triliun). Sementara, Uber sendiri akan mendapat investasi sekitar US$ 1 miliar (Rp 13 triliun) dari Didi. 

Keputusan menyerahkan lini bisnis itu juga disebut bukannya tanpa alasan. Uber telah berinvestasi miliaran dolar di Tiongkok, dan belum mendapatkan keuntungan.  Untuk itu, penjualan ini disebut menjadi salah satu solusi guna membuat bisnis yang berkelanjutan. 

"Saya punya keyakinan Uber Tiongkok dan Didi Chuxing akan lebih kuat bersama," ujar Chief Executive Uber, TravisKalanick seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (1/8/2016).

Di sisi lain, penjualan lini bisnis Uber di Tiongkok ke Didi Chuxing sedikit membingungkan sebagian pihak. Hal itu tak lepas dari kerja sama yang sudah dilakukan perusahaan itu dengan layanan serupa dari berbagai negara, seperti Lyft, Ola, dan Grab.

Pun demikian, pembelian itu tak menjadi masalah bagi rekan kerja lainnya. CEO Grab, Anthony Tan menuturkan kesempatan ini merupakan kemenangan bagi Didi sekaligus menegaskan bisnis ride-sharing bisa dinikmati pemain domestik.

Sebagai informasi, pemerintah Tiongkok sendiri baru saja memberikan izin bagi layanan ride-sharing beroperasi di negara tersebut. Pemberian ijin itu juga tak lepas dari beberapa alasan. 

Pertama, telah ada kerangka hukum yang akan mengatur legalitas operasional layanan semacam itu. Kedua, beroperasinya Didi dan Uber mampu menciptakan daya saing yang sehat dan memberikan ruang investasi lebih luas bagi masing-masing perusahaan.

(Dam/Cas)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya