Liputan6.com, Jakarta - Laporan Tengah Tahun Tren Keamanan Siber 2016 yang dirilis oleh Trend Micro mengungkap bahwa terjadi peningkatan ancaman serangan siber berupa ransomware.
Selama tengah tahun pertama 2016, terjadi peningkatan sebesar 172 persen soal jumlah ransomware yang berhasil diungkap oleh tim keamanan siber Trend Micro.
Lewat siaran resmi yang tim Tekno Liputan6.com terima, Jumat (2/9/2016), tercatat sepanjang triwulan pertama tahun 2016, banyak perusahaan merugi dengan total setara US$ 209 juta akibat ransomware. Menakjubkannya, jumlah tersebut hanya mencakup wilayah Amerika Serikat saja.
Baca Juga
Beberapa keluarga ransomware ditengarai menggunakan trik-trik penipuan model baru. Bila korban sampai tidak membayar uang tebusan dalam waktu yang ditentukan, jenis ransomware seperti JIGSAW misalnya, mengeluarkan ancaman untuk menghapus file. Tak kalah mengerikannya adalah jumlah uang tebusan yang meroket.
Advertisement
Tak hanya itu, penipuan model Business Email Compromise (BEC) marak terjadi di dunia. Terhitung, selama tengah tahun pertama 2016, sudah lebih dari 22.000 perusahaan menjadi korban penipuan model tersebut.
Beberapa kali Trend Micro bekerjasama dengan pihak keamanan seperti Interpol dan FBI untuk mengatasi berbagai macam serangan siber yang makin merajarela di dunia.
Kasus teranyar yang berhasil Trend Micro atasi bersama dengan Interpol adalah berhasil membekuk gembong penjahat kejahatan siber Internasional asal Nigeria tersebut berhasil menggasak uang lebih dari US$ 60 juta.
(Ysl/Isk)