Liputan6.com, Bandung - Kultur kerja di perusahaan teknologi informasi komunikasi (TIK) harus selalu menyenangkan dan memunculkan energi kreatif. Alasannya, seperti diungkapkan Chief Human Capital Officer (CHCO) Telkom Group Herdy Rosadi Harman, tren global industri telematika menunjukkan perubahan signifikan.
Menurut dia, mengacu pada data mutakhir, rerata usia karyawan di industri telematika terkemuka relatif muda, seperti di Facebook rerata 28 tahun, AOL (27 tahun), Amazon (31), dan eBay (32). Usia senior ditemukan di perusahaan TIK pionir seperti IBM (38) dan Hewlett Packard (39).
Selain usia muda, motivasi mereka dalam bekerja juga berkembang dari era sebelumnya. Mereka bekerja karena tertarik lingkungan kerja, iklim kreativitas, training developement, hingga jenjang karier yang menjanjikan.
Advertisement
"Di sisi lain, kompetisi industri telematika juga ketat. Mayoritas sedang (ber)transformasi dari telecomunication company menjadi digital telecomunication company, operator seluler menjadi industri digital," kata Herdy dalam Talkshow & Scout Talent di Gedung Rektorat Universitas Airlangga (Unair), melalui keterangannya kepada Tekno Liputan6.com, Kamis (8/12/2016).
Baca Juga
Perubahan-perubahan tersebut kemudian mendorong pola lama perusahaan TIK menjadi kurang relevan jika diterapkan. Kultur kerja baru, yang bertumpu pada iklim kreativitas dengan target kinerja terbaik, menjadi sebuah cara baru yang mesti diterapkan.
Herdy memaparkan, meski menerapkan kultur baru, perusahaan harus tetap bertumpu pada sejumlah filosofi inti agar terarah. Filosofi yang dimaksud antara lain berpijak pada esensi dan kebermanfaatan sebuah program kerja, efektivitas dan efisiensi, pola pikir disruptif, serta aktivitas budaya perusahaan.
Menurut dia, esensi harus diarahkan pada seberapa besar manfaatnya implementasi bisnis yang dilakukan perusahaan. "Kami contohkan ada Telkom Corporate University. Ini kawah candradimuka kami. Tapi keluarannya sekarang harus ada rekomendasi-rekomendasi bisnis buat bisnis operasional Telkom. Dan keluaran ini (bukan hanya) harus berbentuk keren, tapi berkelanjutan," ujar Herdy menegaskan.
Dengan pola lama industri TIK, hal yang keren biasanya butuh bea mahal. Namun, dalam perspektif mantan Direktur HCM Telkomsel ini, dengan budaya baru yang telah ada, nominal bisa ditekan karena ada sisi kreatifnya.
"Efektif dan efisien harus jadi prioritas karena kalo bagus tapi mahal dan lama, itu biasa sekali. Ini juga harus dilakukan dengan pendekatan personal kepada tim kita, tak bisa disamaratakan," tutur Herdy.
CHCO Telkom Group mengatakan, prinsip lain yang penting adalah spirit antikemapanan tapi berdampak masif atau biasa disebut disruptif di industri TIK. Ini membuat produktivitas jangan terpaku pola lama, misalnya pekerjaan hanya bisa diproses di komputer personal.
"Di kami sekarang semua dokumen pekerjaan sudah bisa diproses dengan smartphone, bisa kapan pun dan di mana pun. Jadi, kultur yang fun dan kreatif ini harus tetap berpijak pada filosofi perusahaan yang kuat," kata Herdy.
Pemegang gelar Magister dari American University, Amerika Serikat ini menambahkan, akumulasi kultur dan filosofi akan menciptakan budaya kerja perusahaan yang berkarakter. "Digital telecommunication company harus selalu misi besar, harus bermimpi besar menjadi korporasi besar. Harus mega thinking, sehingga geraknya akan cepat dan signifikan," ungkap Herdy.
Di acara tersebut, PT Telkom tengah mencari calon karyawan langsung dari kampus terbaik di tanah air. Sebelum kemarin di Unair, kegiatan serupa dilaksanakan di Universitas Indonesia. Metode 'jemput bola' ini menggenapi metode rekrutmen reguler (online), ajang kreativitas (Socio Digi Leader), hingga rekrutmen profesional.
Rektor Unair Prof. Mohammad Nasih mengatakan pihaknya memiliki 35.000 mahasiswa dengan tersebar di berbagai fakultas, tetapi belum banyak yang bekerja di PT Telkom. "Terima kasih sudah berkunjung. Kami siap berikan talenta terbaik, dari yang terkait misal Fakultas Ekonomi saja ada 7.000 mahasiswa. Kami juga ada teknik informatika walau baru lima tahun," ujar Nasih.
Direktur Sistem Informasi Unair Edi Supeno menambahkan, pihaknya berharap lebih banyak yang memberi kail daripada ikan seperti dilakukan PT Telkom dalam kegiatan tersebut. "Berikan motivasi kepada generasi muda agar mau berkiprah kepada perusahaan bangsa. Jika sekarang belum banyak alumni berkiprah, nanti akan banyak dari Unair yang melamar Telkom," pungkas Edi.
(Msu/Why)