Perangkat Lunak Open Source Dinilai Ideal untuk Smart City

Perangkat lunak (software) open source dinilai akan membuat penerapan IoT, seperti smart city, menjadi lebih luas dan maksimal.

oleh Andina Librianty diperbarui 16 Des 2016, 17:19 WIB
Diterbitkan 16 Des 2016, 17:19 WIB
Country Managing Director Red Hat, Rully Moulany
Country Managing Director Red Hat, Rully Moulany (Foto: Andina Librianty / Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Perangkat lunak (software) open source dinilai akan membuat penerapan Internet of Things (IoT), seperti smart city, menjadi lebih luas dan maksimal.

Beberapa alasannya karena open source dapat membuat penerapan IoT jauh lebih hemat biaya dan kapasitasnya menjadi lebih besar.

Diungkapkan Country Managing Director Red Hat, Rully Moulany, sifat open source yang terbuka dapat menghemat biaya dalam menerapkan IoT. Karena hal itu, maka open source bisa dengan mudah digunakan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, sehingga bisa digunakan oleh siapa pun.

"Smart city pada dasarnya ingin meningkatkan layanan publik agar bisa terlayani dengan lebih baik dan sistem dapat memberikan respon lebih cepat terhadap apa pun yang terjadi di lapangan. Konsep itu sangat sejalan dengan open source," tutur Roully saat ditemui di kawasan Jakarta, Jumat (16/12/2016).

Dijelaskannya, smart city membutuhkan sistem yang sangat besar karena bertujuan untuk melayani kepentingan publik. Sehingga dibutuhkan suatu perangkat atau software yang mumpuni untuk mengelola data besar.

Rully pun mengklaim, open source dapat menjadi jawaban atas konsep IoT, termasuk soal smart city. Ia menilai, ongkos yang dikeluarkan untuk open source software biasaya lebih rendah daripada proprietary (perangkat lunak sumber tertutup).

"Jika sesuatu yang masif memakai proprietary, maka biayanya akan menjadi sangat luar biasa. Sementara kalau kita bicara digital, seharusnya tidak ada peningkatan biaya. Malah seharusnya justru turun. Karena itu, agar penerapan IoT bisa mencapai skala masif dan benar-benar bisa memberikan keuntungan, maka jawabannya adalah open source," sambungnya.

Lebih lanjut, Rully mengatakan bahwa sifat open source yang fleksibel karena bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan akan sangat memberikan manfaat untuk masyarakat. Red Hat sendiri sebagai perusahaan software yang menawarkan produk open source, ikut memberikan kontribusi terhadap pengembangan Jakarta Smart City.

Dalam hal ini, Red Hat mengkurasi koleksi produk open source yang ada menjadi sebuah software, sehingga layak untuk dikonsumsi perusahaan-perusahaan besar. Menurut Rully, pemerintah memberikan respon positif terhadap keterlibatan produk open source.

"Smart city tanpa open source itu seperti startup tanpa open source, yaitu tidak akan bisa tercapai. Tanpa open source, smart city tidak akan bisa mencapai skala yang dibutuhkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Penerapan IoT harus bisa meningkatkan layanan publik, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat," tutup Rully.

(Din/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya