Google Doodle Rayakan Ultah ke-92 Penulis Pramoedya Ananta Toer

Google Doodle ikut merayakan ulang tahun ke-92 penulis produktif Indonesia Pramoedya Ananta Toer.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 06 Feb 2017, 09:48 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 09:48 WIB
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer dalam Google Doodle (Sumber: Google)

Liputan6.com, Jakarta - Google hari ini ikut merayakan ulang tahun penulis Indonesia Pramoedya Ananta Toer yang ke-92 melalui Google Doodle. Dalam doodle, Pramoedya tampak sedang mengetik naskah menggunakan sebuah mesin ketik.

Pram, begitu ia biasa dipanggil, lahir di Blora Jawa Tengah pada 6 Februari 1925. Ia meninggal dunia di Jakarta, 30 April 2006, yakni pada usia 81 tahun.

Google memperingati hari kelahiran Pram lantaran dia dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Terbukti lebih dari 50 karya miliknya sudah diterjemahkan ke lebih dari 41 bahasa asing.

Pram menempuh pendidikan di Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya. Kemudian, ia bekerja menjadi juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Mengutip sumber Doodle Archieve milik Google, Senin (6/2/2017), lewat penanya, Pram dikenal sangat mendukung hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi dalam perjuangan melawan penjajahan Jepang dan Belanda.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengukuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier militernya. Bahkan, ia sempat dipenjara oleh Belanda di Jakarta pada 1948. Ia pun sempat tinggal di Belanda pada 1950-an sebagai bagian dari program pertukaran budaya.

Saat kembali ke Indonesia, Pram masih aktif berkarya menulis novel. Saat itu gaya penulisannya berubah, lebih menyoroti dampak kolonialisme. Gara-gara tulisannya pula, Pram dituduh menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan dibuang ke Pulau Buru pada 1969. Lebih dari satu dekade ia menghabiskan waktunya di pengasingan sebagai tahanan politik.

Karyanya tak berhenti di sana, meski tak lagi menggunakan tinta dan kertas, Pram masih bisa bercerita lisan, berbagi cerita dengan sesama tahanan. Saat itu, cerita yang dikisahkan adalah tentang seorang anak Jawa bernama Minke yang menolak masyarakat hierarkis Indonesia.

Ia pun membawa kisah Minke melaui empat jilid karyanya yang paling terkenal, Tetralogi Buru (Tetralogi Bumi Manusia) yang diterbitkan tahun 1980 hingga 1988. Buku ini juga sempat diterbitkan dalam berbagai bahasa lainnya.

Pram dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan tidak bersalah dan tidak terlibat Gerakan 30 September. Meski begitu, hingga 1992 Pram masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta, dan hingga 1999 ia masih juga menjadi tahanan kota dan tahanan negara.

Selama masa tersebut, ia menulis beberapa novel terkenal berjudul Gadis Pantai, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, dan Arus Balik. Bahkan, novel yang ditulisnya untuk putrinya Nyanyi Sunyi Seorang Bisu diterjemahkan dalam bahasa Inggris.

Meski kesehatannya mulai menurun akibat usianya, Pram menghabiskan masa tuanya dengan menulis berbagai kritik tentang pemerintah. Menurut laporan, Pram menderita diabetes, sesak napas, dan jantungnya melemah. Beberapa bulan sebelum meninggal, diadakan pameran khusus mengenai sampul buku dari karya Pramoedya di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. Pameran ini sekaligus menjadi hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pram.

Dalam pameran itu pula, dihadirkan sampul buku Pram yang pernah diterbitkan di mancanegara. Sekitar 200 buku karyanya pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Pram pun meninggal dunia pada 30 April 2006 setelah sempat dirawat setelah tiga hari.

(Tin/Ysl)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya