Alasan Vivo Masih Bertahan dengan Smartphone Selfie

Pasar smartphone selfie yang masih besar merupakan salah satu alasan kenapa Vivo meluncurkan V5 Plus di Indonesia.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 10 Feb 2017, 14:40 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2017, 14:40 WIB
Vivo V5 Plus
Ini Alasan Vivo Masih Bertahan dengan Smartphone Selfie. (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)

Liputan6.com, Jakarta - Seperti diketahui, Vivo baru saja meluncurkan smartphone terbarunya untuk pasar Indonesia, yakni V5 Plus. Sama seperti pendahulunya, smartphone ini masih ditujukan untuk penggemar selfie.

Vivo sendiri bukannya tanpa alasan masih memilih smartphone dengan kemampuan kamera depan mumpuni untuk kembali dirilis. Menurut Brand Manager Vivo Mobile Indonesia Edy Kusuma, pasar smartphone selfie tak dimungkiri terbilang besar.

"Selfie telah menjadi fenomena global dan sesuai dengan tagline Vivo yaitu 'Camera Music', maka kami konsisten untuk merilis produk dengan mengunggulkan fitur kamera,"ujarnya saat peluncuran Vivo V5 Plus di Jakarta, Jumat (10/2/2017).

Selain itu, kebutuhan akan smartphone selfie juga terus bertumbuh di masyarakat. Terlebih, generasi milenial saat ini dikenal suka mengekspresikan diri dengan melakukan selfie.

Kebiasaan itu secara tak langsung dapat meningkatkan aktualisasi diri secara psikologis, sehingga pasar smartphone selfie sendiri belum berada di titik jenuh. Untuk itu sepanjang 2017, Vivo masih fokus pada smartphone kamera dan musik.

"Saat ini dengan perkembangan dunia digital termasuk media sosial, membuat orang sering mengekspresikannya dirinya. Karena itu, mobile photography masih menjadi pasar potensial bagi kami," tuturnya melanjutkan.

Keseriusan Vivo untuk menggarap ponsel kamera juga ditunjukkan dengan kemungkinan rencana membuka pusat riset dan pengembangan di Jepang. Menurut Edy, negeri Matahari Terbit itu dikenal unggul dalam hal teknologi kamera.

"Kita sedang berpikir untuk membangun Research and Development untuk mempelajari teknologi yang ada di kamera bisa diaplikasikan di smartphone," ujarnya. Pusat riset dan pengembangan Vivo sendiri kini sudah berada di Silicon Valley, San Diego, Beijing, Shenzen, Hangzhou, Nanjing, dan Chang'an.

Edy juga tak menutup kemungkinan Vivo dapat membangun pusat riset dan pengembangan di Indonesia. Namun, kondisi itu harus melihat terlebih dulu perkembangan pasar di Asia Pasifik.

"Tidak menutup kemungkinan itu (pusat riset dan pengembangan di Indonesia), tapi melihat kondisi dulu. Sebab, Indonesia akan menjadi basis bagi Vivo di Asia Pasifik," ujarnya mengakhiri pembicaraan.

(Dam/Ysl)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya