Sontek Teknologi Google, Uber Pecat Karyawannya

Engineer bernama Anthony Levandowski, dituding Uber mencuri dokumen teknologi mobil pintar Waymo milik Google.

oleh Jeko I. R. diperbarui 31 Mei 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2017, 15:00 WIB
Uber
CEO Uber (kiri) Travis Kallanick dan Anthony Levandowski (kanan). (Foto: Mashable)

Liputan6.com, San Francisco - Uber dilaporkan kembali memecat salah seorang karyawannya. Kali ini, alasan pemecatan dilakukan bukan karena masalah pelecehan seksual, seperti yang sempat dilakukan Uber kepada Senior Vice President (SVP) Engineering, Amit Singhal pada Februari 2017.

Adalah Anthony Levandowski, engineer mobil pintar Uber, harus dipaksa meninggalkan perusahaan yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat (AS) tersebut. Diketahui, Levandowski juga sempat bekerja di Google sebelum akhirnya bergabung ke Uber.

Sebagaimana dilansir New York Times, Rabu (31/5/2017), Levandowski dituduh mencuri dokumen milik Waymo, mobil pintar milik induk usaha Google, Alphabet.

Bahkan, ia disebut mengunggah belasan ribu dokumen sebelum hengkang dari Waymo. Tak lama setelahnya, ia mendirikan perusahaan mobil pintar yang kemudian dibeli Uber.

Insiden tersebut, sontak memperkeruh hubungan Waymo dengan Uber. Bahkan mereka membawa kasus ini ke pengadilan sipil. Uber dinilai sudah memanfaatkan teknologi dari dokumen internal Google demi menciptakan teknologi mobil pintar yang lebih baik.

Uber justru membantah tudingan ini. Levandowski juga kerap menghindar saat hakim federal mendesaknya untuk menyerahkan barang bukti. Dalam waktu tujuh bulan terakhir, Uber terus menekan Levandowski untuk menyelesaikan kasus tersebut.

"Selama beberapa bulan terakhir, Uber telah memberikan bukti bahwa teknologi mobil pintar benar-benar dibangun dengan independen. Tidak ada adaptasi teknologi dari perusahaan lain," kata Angela L Padilla, penasihat umum asosiasi pekerjaan dan litigasi untuk Uber.

Dilanjutkan olehnya, Uber juga sudah mengajak Levandowski untuk bekerjasama membantu pengadilan agar dapat mencari fakta demi membantu mengusut kasus ini.

"Setelah kesabaran kami habis, kami akhirnya memutuskan, berdasarkan perintah pengadilan, untuk menghentikannya dari Uber," imbuh Padilla.

Pemecatan Levandowski dianggap sejumlah analis hukum kurang bijak. Pasalnya, Uber seharusnya masih punya alternatif selain harus memecatnya. Pada kenyataannya, Uber tidak ingin mengambil risiko. Karena, jika perusahaan mendukung Levandowski, artinya secara tak langsung Uber mendukung tindakannya.

(Jek/Cas)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya