Mesin Kematian Hasil Cetak Printer 3D Siap Rilis, seperti Apa?

Mesin ini pada dasarnya digunakan sebagai alat euthanasia yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 05 Des 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 05 Des 2017, 14:30 WIB
Mesin Kematian
Mesin kematian yang dapat dicetak dengan printer 3D (kredit: exit international)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang, kematian merupakan hal yang tak dapat diprediksi. Namun, anggapan itu ternyata tak berlaku bagi seorang penulis asal Australia bernama Philip Nitschke.

Menurutnya, kematian merupakan pilihan, sehingga seseorang dapat dengan sadar mengakhiri hidupnya sendiri. Berbekal pemahaman itu, ia pun mengembangkan sebuah mesin yang dapat digunakan seseorang untuk membunuh dirinya.

Dikutip dari The Next Web, Selasa (5/12/2017), mesin yang diberi nama Sarco ini merupakan piranti untuk melakukan euthanasia yang dicetak melalui printer 3D. Mesin yang memiliki bentuk seperti kapsul ini dapat difungsikan pula sebagai peti mati.

Sarco dibekali dengan nitrogen cair yang akan dilepas begitu seseorang memilih untuk memakainya. Setelah 60 detik kemudian, pengguna akan merasa bingung, seperti seseorang yang kebanyakan minum alkohol.

Nitschke menuturkan, setelah beberapa menit kemudian, pengguna akan kehilangan kesadarannya. Lalu dalam lima menit, pengguna dipastikan meninggal.

Kendati demikian, pengguna yang tertarik menggunakan alat ini dapat menghentikan proses tersebut apabila berubah pikiran. Tak hanya itu, pengguna dapat menyetel kondisi saat kematiannya.

Jadi, pengguna dapat memilih kaca Sarco tertutup rapat atau transparan untuk melihat pemandangan di luar saat akan meninggal.

Karena itu, mesin ini dibuat agar dapat dicetak melalui printer 3D, agar pengguna dapat memasangnya di tempat yang paling diinginkan.

Bukan Sekadar Mesin Euthanasia Biasa

Lebih lanjut Nitschke menuturkan, mesin ini ditujukan untuk seseorang yang depresi dan mengalami gangguan mental. Namun perlu diingat, untuk memakai alat ini seseorang harus terlebih dulu mengetahui akibat dari tindakan dan keputusannya tersebut.

Akan tetapi, Sarco bukanlah mesin yang dapat begitu saja mengakhiri hidup seseorang. Nitschke berharap mesin ini dapat menjadi opsi kematian yang tak menyakitkan bagi penderita penyakit kronis, atau seseorang berusia lanjut yang ingin meninggal dalam damai.

Sekadar informasi, persoalan mengenai keputusan seseorang untuk melakukan euthanasia memang masih berada di wilayah abu-abu. Sejumlah negara diketahui sudah melegalkan metode ini untuk beberapa kondisi. 

Salah satu negara yang diketahui sudah mulai menerima sistem ini adalah Belanda. Sejak 2001, negara itu memperbolehkan seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan bantuan dokter. 

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya