Liputan6.com, Jakarta - NASA baru saja menemukan cara navigasi terbaru untuk mendukung sistem perjalanan pesawat luar angkasa. Kali ini, badan antariksa itu akan memanfaatkan pulsar sebagai penunjuk arah.
Dikutip dari Science Alert, Rabu (17/1/2018), teknologi ini akan diberi nama Station Explorer for X-ray Timing and Navigation Technology (SEXTANT). Alat ini akan memanfaatkan teknologi x-ray untuk melihat pulsar secara real-time, dengan penerapan serupa GPS yang memanfaatkan satelit.
Advertisement
Baca Juga
"Alat ini merupakan terobosan dalam penjelajahan luar angkasa," tutur Project Manager SEXTANT Jason Mitchell. Menurutnya, dalam uji coba perdana, navigasi berbasis x-ray ini mampu berjalan secara otomatis dan dilakukan secara aktual.
Untuk informasi, pulsar merupakan bintang yang berputar sangat cepat dan memiliki medan magnet yang kuat. Ketika berputar dan mengeluarkan radiasi elektromagnet itu, pulsar dapat terbaca dan dapat berfungsi tak ubahnya mercusuar.
Keadaan itu pula yang membuat NASA memilih untuk mengandalkan pulsar untuk kebutuhan navigasi. Sebab, pulsar selalu berada di satu lokasi dan radiasi elektromagnetiknya cukup sering, sehingga dapat dibaca dengan memanfaatkan spektrum x-ray.
Meski konsep ini sudah berhasil, NASA masih membutuhkan waktu pengembangan lebih lanjut sebelum benar-benar dapat digunakan sebagai alat navigasi. Untuk saat ini, tim pengembangan berencana untuk kembali melakukan uji coba pada pertengahan tahun ini.
Nantinya, alat ini dapat digunakan untuk menghitung lokasi satelit planet yang jauh dari jangkauan satelit GPS Bumi, termasuk membantu misi penerbangan misi antariksa manusia. Salah satunya adalah misi NASA untuk penerbangan ke Mars.
NASA dan Google Berburu Planet Asing
NASA dikabarkan tengah menjalin kerja sama dengan Google untuk menjalankan misi pencarian planet asing atau exoplanet-nya.
Kerja sama yang akan dijalin akan berfokus pada pengembangan teknologi dan fitur pada teleskop luar angkasa NASA, Kepler, dengan bantuan dukungan teknologi kecerdasan buatan dan machine learning milik Google.
Kepler sendiri telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mengumpulkan data dari ribuan bintang untuk mencari exoplanet yang mengorbit di wilayahnya. Sayangnya, dari ribuan data yang dikumpulkan, kebanyakan ternyata masih belum bisa dianalisis.
Karena itu, kemungkinan besar teknologi kecerdasan buatan milik Google akan menciptakan sebuah algoritma baru untuk membantu NASA lebih mudah mencari exoplanet baru dari data yang belum 'disentuh' Kepler.
Bisa jadi, dengan bantuan Google, NASA akan lebih banyak menemukan exoplanet. Sebelumnya tanpa bantuan Google, Kepler sudah menemukan lebih dari 2.000 exoplanet.
Kepler diluncurkan oleh NASA pada Maret 2009 untuk menjalani misi pencarian exoplanet layak huni.
(Dam/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement