Google Diprotes Ribuan Karyawan Gara-Gara Kembangkan AI untuk Militer

Ribuan karyawan protes ke Google gara-gara raksasa internet itu ikut mengembangkan AI yang dipakai untuk tujuan militer.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 07 Apr 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2018, 14:00 WIB
Sundar Pichai
CEO Sundar Pichai. (Doc: Google HQ)

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan karyawan mengirimkan surat permohonan ke CEO Google Sundar Pichai untuk menghentikan dukungan teknologi artificial intelligence (AI) untuk kepentingan militer.

Dukungan AI yang dimaksud adalah pengembangan teknologi AI Google untuk meningkatkan akurasi serangan militer lewat drone.

"Kami percaya Google tidak perlu masuk pada bisnis yang berkaitan dengan perang," demikian bunyi salinan surat permohonan yang ditandatangani oleh karyawan perusahaan, sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Business Insider Singapura, Sabtu (7/4/2018).

Para karyawan yang tanda tangan merupakan perwakilan dari karyawan Alphabet yang mencapai 70 ribu orang.

Mereka menuntut Google menarik diri dari Project Maven. Proyek ini merupakan pilot program dari Pentagon. Karyawan pun meminta agar perusahaannya tidak akan pernah lagi mengembangkan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk peperangan.

Juru bicara Google dalam keterangannya menyebut, "Kami tahu banyak pertanyaan terkait dengan teknologi baru ini, sehingga dengan adanya obrolan bersama karyawan dan ahli dari luar ini sangat penting dan bermanfaat."

Sekadar diketahui, bulan lalu Google mengagetkan banyak pihak baik di dalam maupun luar perusahaan saat mengkonfirmasi pihaknya menyediakan teknologi AI untuk militer AS.

Berdasarkan keterangan para ahli, teknologi AI ini bisa digunakan untuk menarget lokasi serangan dengan lebih jitu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sulut Perpecahan di Dalam Perusahaan

Google
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Google menyebut, teknologi milik perusahaan yang bisa dimanfaatkan oleh militer AS ini tidaklah bersifat ofensif. Menurut Google, dengan bantuan teknologi AI, militer bisa menghindari salah target terutama terhadap masyarakat.

Google dan Pentagon menyebut, Project Maven tidak akan mengarah pada sistem senjata otonom yang dikhawatirkan banyak pihak akan jadi senjata otomatis yang membahayakan manusia.

Sebagian karyawan Google pun setuju dengan proyek ini. Sejauh ini Google dikenal dengan motonya "don't be evil", oleh karenanya kabar Google menjadi kontraktor pertahanan menyulut perpecahan internal perusahaan.

Namun, perbedaan pendapat bukanlah hal baru di Google. Sebelumnya karyawan juga menyebarkan petisi terkait dengan Google menjadi sponsor sebuah konferensi berhaluan kanan.

Bahkan, salah satu debat internal berakhir dengan pemecatan engineer bernama James Damore.

Damore dikenal sebagai engineer yang mengkritik kebijakan keragaman perusahaan, dia bahkan mengklaim dirinya didiskriminasi lantaran pandangannya yang konservatif.


Penjelasan Google

Google Plex
Suasana kantor pusat Google di Googleplex, Mountain View, Palo Alto, California. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

"Salah satu bagian penting dari kultur perusahaan adalah memiliki karyawan yang aktif terlibat dalam pekerjaan yang kita lakukan.

Kami tahu bahwa ada banyak pertanyaan terkait dengan teknologi baru ini. Oleh karenanya lewat percakapan antara perusahaan, karyawan, dan ahli-ahli di luar sana merupakan hal besar dan bermanfaat.

Maven adalah proyek DoD yang dipublikasikan dan Google bekerja pada salah satu bagiannya --secara khusus untuk tujuan non ofensif dan menggunakan software pengenalan terbuka yang tersedia untuk setiap pelanggan Google Cloud. Model-model ini didasarkan hanya pada data yang tidak bersifat rahasia.

Teknologi ini digunakan untuk menandai gambar atau review serta dimaksudkan untuk menyelamatkan orang saat dibutuhkan.

Setiap penggunaan machine learning tentu meningkatkan kepanikan. Kami berupaya terus berkomunikasi dengan baik dengan pihak lain melalui diskusi yang komprehensif tentang topik ini, juga dengan bantuan para ahli.

Hal ini seiring dengan pengembangan kebijakan yang kami terapkan serta penggunakan teknologi machine learning kami," demikian pernyataan Google.

 

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya