Liputan6.com, Jakarta - Siswa-siswa SMA di Brooklyn mengadakan walkout (protes) terhadap metode pengajaran guru di kelas. Metode pengajaran yang dikeluhkan oleh para siswa tergabung kurikulum web-based yang sebagian didanai oleh CEO Facebook , Mark Zuckerberg.
Setidaknya, 100 siswa dari berbagai sekolah yang menggunakan kurikulum ini melayangkan protes di depan Secondary School for Journalism di Brooklyn. Demikian sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Business Insider Singapore, Selasa (13/11/2018).
Mereka mengeluh, program online bernama Summit Learning mengharuskan para siswa menghabiskan sebagian besar hari mereka di depan layar komputer. Hal juga dinilai membuat siswa mudah untuk mencari jawaban secara online.
Advertisement
Baca Juga
Mereka juga mengeluhkan beberapa guru tidak memiliki pelatihan yang tepat untuk menjalankan kurikulum tersebut. Memang, program ini menekankan agar para siswa bekerja dengan langkah mereka sendiri dan mengikuti arahan dari diri sendiri.
Summit Learning pertama kali dirancang dengan bantuan para engineer di Facebook dan didanai sebagian oleh Chan Zuckerberg Initiative, sebuah yayasan milik bos Facebook Mark Zuckerberg dan istrinya, Priscilla Chan.
"Kamu harus mengajar diri sendiri," kata seorang siswa di Secondary School for Journalism. Dia melanjutkan, "siswa dapat dengan mudah mencari jawaban kuis dari Google," katanya.
Tidak hanya implementasinya, para siswa juga mengeluhkan hal lain terkait dengan kepemimpinan di sekolah.
Tak Hanya Dikeluhkan Siswa di Brooklyn
Sekadar diketahui, bukan hanya siswa di Brooklyn saja yang mengeluhkan ketidakpuasannya pada Summit Learning yang kini diadopsi pada 380 sekolah di AS.
Sekolah lain di Kota Cheshire, Connecticut, tempat di mana Zuck tumbuh, juga menerapkan kurikulum yang sama. Sayangnya, program ini juga diprotes dari anak-anak dan orangtua. Makanya, saat ini program yang dimaksud sudah tak lagi dipakai.
Sebuah website bernama "We the Parents" pun turut dibuat untuk menyuarakan keluhan dari orangtua yang anaknya sekolah-sekolah dengan kurikulum Summit Learning.
Para orangtua mengeluhkan, "produk pendidikan yang buruk dan telah dilaksanakan dengan tidak benar, membuat siswa terasing, dan mengurangi peran guru sebagai fasilitator."
Advertisement
Khawatir Masalah Keamanan Data Siswa
Bukan hanya karena masalah pendidikan, para orangtua khawatir atas privasi data putra putrinya. Pasalnya, data para siswa dikumpulkan dan terkoneksi ke raksasa media sosial Facebook.
Apalagi setelah kasus pelanggaran data yang dihadapi Facebook baru-baru ini.
Kendati demikian, Summit Learning menekankan, hubungan mereka dengan Facebook sangat terbatas, hanya pada hubungan pendanaan dengan Zuckerberg.
Kepada New York Post, seorang guru yang meminta identitasnya dirahasiakan mengeluh, kursus Summit Learning rentan terhadap gangguan.
Menurut sebuah email, Summit Learning mengklaim sekolah terlalu terburu-buru menilai kurikulum ini tidak berhasil.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: