Penjahat Kelamin Bikin Resah di Medsos, Milenial Harus Pahami Hal Ini

Media sosial bisa menjadi tempat yang sangat menyenangkan untuk generasi milenial. Namun di sisi lain, media sosial bisa juga jadi mimpi buruk bagi para milenial.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 27 Nov 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2018, 11:01 WIB
Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial bisa menjadi tempat yang sangat menyenangkan untuk generasi milenial. Namun di sisi lain, media sosial bisa juga jadi mimpi buruk bagi para milenial.

Untuk itu, generasi milenial mesti paham etika bermedia sosial agar unggahan di jejaring sosial tak jadi bumerang untuk diri sendiri.

Seperti kasus viral yang terjadi pada sejumlah orang. Kasus viral ini dibagikan oleh pengguna anonim Twitter yang memiliki akun @philocalymind.

Dia membagikan sebuah screenshot obrolan di direct message (DM) Twitter pada 25 November 2018. Obrolan di Twitter tersebut cukup mengejutkan, yakni saat seseorang (penjahat kelamin) menggunakan foto orang lain yang pernah dibagikan di medsos untuk hal tak baik.

Postingan ini mendapatkan banyak reaksi dari pengguna Twitter lainnya. Lebih dari 5.000 kali retweet dan 152 balasan.

Di antara balasan-balasan tersebut, tidak sedikit yang menceritakan pengalaman serupa, yakni saat dimanfaatkan oleh orang yang baru dikenal di media sosial.

Pegiat sekaligus Pengamat Media Sosial Nukman Luthfie memberikan imbauan kepada generasi milenial dan pengguna media sosial.

Dia mengatakan, pengguna media sosial harus menyadari dan selalu ingat kalau media sosial merupakan ruang publik.

"Kita harus sadar kalau di media sosial itu artinya kita di ruang publik. Nah, saat di ruang publik, ada aturan, ada etika yang harus dipahami," tuturnya saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Senin (26/11/2018) malam.

Jangan Tampilkan Hal di Ranah Privat ke Publik

PANDI
Nukman Luthfie saat berbicara dalam salah satu sesi di gelaran PANDI Meeting 6 (sumber: PANDI)

Contoh mudahnya, kata Nukman, saat seseorang menggunakan pakaian renang di pantai atau kolam renang, itu tidak masalah karena memang sesuai dengan tempatnya.

"Pantas tidak, kita pakai pakaian minim seperti saat kita di pantai atau di kolam renang, kalau di kolam itu pantas, tapi ketika posting di media sosial, artinya kita keluarkan hal yang harusnya ada di ranah privat ke publik. Oleh karena itu, ketika sedang menggunakan media sosial, kita harus ingat dengan prinsip tersebut," katanya.

Untuk itu, Nukman mengingatkan pengguna media sosial agar tidak mengunggah foto yang tidak layak ditampilkan di muka publik ke media sosial.

"Ingat batasan-batasan sehari-hari di Indonesia, artinya pengguna media sosial harus berangkat dari batasan sehari-hari itu," katanya.

Boleh Kenalan di Medsos, Asal....

media sosial 2
Ilustrasi./Copyright unsplash.com/andrew le

Pria yang sering jadi pembicara terkait media sosial ini juga menyebut, tak apa berkenalan dengan orang baru di media sosial. Asalkan, pengguna tidak bertukar foto yang tak layak disebar di ruang publik.

"Karena berbagi di media sosial keliatannya seperti berbagi lewat DM (percakapan privat) di smartphone, tapi itu bisa ke luar ke publik. Salah-salah, bisa diperas atau dimanfaatkan orang lain. Pahami, saat posting sesuatu itu kita membawa ke luar ranah privat ke publik," ujarnya.

Tidak hanya di media sosial, sebenarnya menurut Nukman, smartphone pun harus bebas dari foto-foto yang tidak layak ditampilkan ke publik.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya