Kemenristekdikti Kucurkan Rp 113 Miliar untuk Pengembangan Startup Tahun Ini

Pendanaan ini berasal dari anggaran Kemenristekdikti yang mencapai Rp 41,2 triliun untuk 2019.

oleh Andina Librianty diperbarui 05 Apr 2019, 18:09 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2019, 18:09 WIB
Direktur PPBT, Retno Sumekar
Direktur PPBT, Retno Sumekar. Liputan6.com/Andina Librianty

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) akan mengucurkan dana sebesar Rp 113 miliar tahun ini untuk 249 startup binaannya. Dari jumlah tersebut, diharapkan sekira 124 di antaranya bisa menjadi mature startup.

Pendanaan ini berasal dari anggaran Kemenristekdikti yang mencapai Rp 41,2 triliun untuk 2019. Tahun lalu, dana yang dikucurkan untuk startup sebesar Rp 62 miliar.

"Tahun ini, kami mengeluarkan anggaran Rp 113 miliar untuk 249 pemenang dari banyaknya proposal yang masuk. Kami berharap 50 persennya bisa mature dan tersebar di berbagai wilayah, tidak hanya Jawa," ungkap Direktur PPBT, Retno Sumekar, di kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Setelah mengucurkan dana, Kemenristekdikti tidak akan lepas tangan begitu saja. Pemerintah akan terus memantau dan membantu perkembangan startup binaannya. Selain itu, juga ada reviewer independen dari kalangan praktisi dan akademisi, untuk melihat perkembangan startup tersebut.

Setiap startup, kata Retno, biasanya mendapatkan maksimal dua kali pendanaan. Menurutnya, dibutuhkan waktu satu hingga dua tahun untuk bisa mausk ke industri atau pasar.

"Kami akan kawal selama satu tahun pemberian dana. Begitu dana turun, akan kami pantau seperti melihat perkembangan produksi dan apakah mencapai target atau tidak. Kami akan terus melakukan pemantauan," tutur Retno.

Dijelaskannya, jumlah proposal pendanaan yang masuk ke Kemenristekdikti setiap tahun mengalami peningkatan, begitu pula dengan anggaran yang disediakan. Proposal yang masuk bukan berupa ide, tapi prototype atau sudah ada produknya.

Produk-produk tersebut boleh saja hasil insipirasi, tapi ditegaskan oleh Retno, harus ada hal baru di dalamnya. Batasan umur untuk mengajukan proposal ini, 20-35 tahun.

"Ada 800 sampai seribu proposal yang masuk setiap tahun, dan itu bukan berupa ide, tapi sudah ada prototype atau sudah ada produknya. Kalau ada produk yang sama, kami akan panggil dan memberikan penilaian langsung karena juga ada proses presentasi untuk melihat originalitasnya," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Punya 32 Mature Startup

Direktur PPBT, Retno Sumekar. Liputan6.com/Andina Librianty
Direktur PPBT, Retno Sumekar. Liputan6.com/Andina Librianty

Sejak program PPBT digelar pada 2015 hingga 2018, Kemenristekdikti sudah melahirkan 32 mature startup. Rata-rata startup tersebut membukukan omzet sekira 457 persen dari suntikan modal awal yang diberikan program tersebut.

Tercatat dana yang diberikan kepada 32 startup tersebut mencapai Rp 13,4 miliar, dengan total omzet keseluruhan Rp 61,3 miliar. Beberapa startup tersebut adalah Cozy, FishOn, Kapal Pelat Datar, dan Ecodoe.

Sejauh ini, PPBT telah melahirkan total 1.307 startup sejak 2015 hingga 2018. Sebanyak 749 sudah masuk ke industri, sedangkan 558 masih "calon startup" yang masih harus dikembangkan.

Ada delapan fokus utama pengembangan startup di Kemenristekdikti, yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pertahanan dan keamanan, material maju, kesehatan dan obat, maritim, trasportasi, energi, dan pangan. Sebagian besarnya berada di sektor TIK dan pangan.

Untuk total startup per provinsi, paling banyak berada di wilayah Jawa Timur. Lima besar lainnya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Retno berharap wilayah penyebaran startup akan semakin beragam ke depannya.

"Kami ingin penyebarannya ada di berbagai wilayah, tidak hanya di Jawa saja," tuturnya.

PPBT Kemenristekdikti tidak hanya membantu pemilik produk memulai bisnis, melainkan juga akan turut serta untuk mengembangkan bisnisnya atau scale up. Untuk scale up ini, kata Retno, startup yang sudah mature bisa mengajukan proposal sendiri dan harus memenuhi persyaratan, seperti menyertakan dukungan dari investor.

Untuk scale up ini, kata Retno, diberikan untuk startup dengan omzet di atas Rp 1 milar.

"Tahun ini, akan ada intensif untuk startup agar bisa scale up. Harapan kami tidak muluk untuk bisa jadi unicorn, tapi yang penting bisa menyelesaikan masalah dan membuka lapangan pekerjaan di Indonesia," ungkap Retno.

(Din/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya