BAKTI Kejar Target Bangun 1.500 BTS USO di Daerah 3T Hingga Akhir 2019

Khusus untuk BTS USO yang ditargetkan bakal dibangun 5.000 unit di daerah 3T hingga 2020 mendatang, BAKTI kini baru membangun sekitar 1.000 BTS.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 26 Sep 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2019, 19:00 WIB
Tower BTS
Ilustrasi Tower BTS (iStockPhoto)

 

Liputan6.com, Jakarta - Kemkominfo ambisius menghubungkan wilayah Indonesia dengan jaringan internet cepat. Eksekusi pembangunan proyek broadband untuk menghubungkan seluruh wilayah Indonesia ini dilakukan oleh BAKTI (Badan Aksesibilitas Telkomunikasi dan Informatika).

Melalui dana Universal Service Obligation yang berasal dari 1,5 persen dari pendapatan kotor operator telekomunikasi, BAKTI melaksanakan mandat tersebut dengan membangun Palapa Ring, BTS USO, hingga satelit internet cepat (high throughput satellite).

Khusus untuk BTS USO yang ditargetkan bakal dibangun 5.000 unit di daerah 3T hingga 2020 mendatang, BAKTI kini baru membangun sekitar 1.000 BTS. Untuk itu, badan yang berada di bawah Kemkominfo ini terus mengebut pembangunan BTS USO.

Direktur Utama BAKTI Anang Latif menjelaskan, hingga akhir 2019, BAKTI menargetkan ada 1.500 BTS USO yang dibangun.

"Target 5.000 BTS pada 2020, saat ini sudah dibangun 1.000 BTS. Nanti sampai akhir tahun ini 500 BTS," kata Anang ditemui di Jakarta, Kamis (26/9/2019).

Meski masih jauh dari target awal, Anang optimistis untuk menyelesaikan pembangunan 3.500 BTS USO pada 2020 mendatang. Ia mengatakan, di satu dua tahun pertama, pihaknya masih berlatih untuk merealisasikan pembangunan proyek ini karena menggunakan model baru.

"Bukan apa-apa, ini uang negara, di dua tahun pertama kita exercise, karena model baru, termasuk exercise dengan akuntabilitas prosesnya jadi kami harus diperiksa BPK. Alhamdulillah dua tahun sudah melampaui itu, jadi 3.500 BTS kami kejar di tahun terakhir," tutur Anang.

 

Hambatan Pembangunan 5.000 BTS

Ilustrasi BTS (ittelecomdigest.com)

Pembangunan 5.000 BTS USO ini bukannya tanpa hambatan. Salah satunya adalah terbatasnya sumber dana USO yang jumlahnya Rp 3 triliun pada tahun ini.

"Hambatannya, saya harus meyelesaikan dulu defisit ini ke menteri keuangan, karena belum mendapatkan persetujuan. Tapi mereka setuju dan paham kegiatan ini perlu didukung, tinggal teknisnya, proses anggaran akan terus dibicarakan ke Kementerian Keuangan," tutur Anang.

Dana USO sendiri dinilai kurang untuk membangun infrastruktur broadband di seluruh Indonesia.

"USO untuk Palapa Ring termasuk di dalamnya. Dana USO kurang. itulah kenapa untuk program USO lengkap semua itu defisit. Sehingga kami perlu bicara dengan menteri keuangan," katanya.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya