Riset Ipsos: GoPay Dominasi Pasar Dompet Digital di Indonesia

Ipsos mengungkap GoPay mampu menjadi pemimpin pasar dompet digital di Indonesia.

oleh Iskandar diperbarui 14 Feb 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2020, 11:30 WIB
Ilustrasi dompet digital. Dok: linkedin.com
Ilustrasi dompet digital. Dok: linkedin.com

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan riset global terbesar ketiga di dunia asal Prancis, Ipsos, baru-baru ini memaparkan hasil penelitian bertajuk 'Evolusi Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang'.

Dalam penelitian tersebut, Ipsos meyakini era 'bakar uang' dalam bentuk promo jor-joran diyakini akan segera berakhir, sehingga loyalitas konsumen memegang peran penting.

"Pengguna organik adalah tulang punggungnya bisnis. Inilah yang membuat bisnis menjadi berkesinambungan,” ujar Research Director Customer Experience Ipsos Indonesia, Olivia Samosir, melalui keterangannya, Jumat (14/2/2020).

Dari hasil penelitian itu, Ipsos mengungkap GoPay mampu menjadi pemimpin pasar dompet digital di Indonesia. GoPay memiliki pengguna organik dalam jumlah dominan. Tercatat sebesar 54 persen dari konsumen mengatakan tetap menggunakan GoPay meskipun tidak ada promo.

Sisanya sebesar 29 persen akan tetap menggunakan Ovo, 11 persen tetap menggunakan Dana, dan 6 persen menggunakan LinkAja.

”Hasil riset kami menemukan bahwa loyalitas konsumen untuk tetap menggunakan dompet digital tanpa promo tergantung pada kualitas layanan,” Olivia menambahkan.

 

Parameter Kualitas Layanan

Olivia memaparkan, GoPay unggul di mayoritas parameter kualitas layanan dompet digital. Anatara lain aspek keamanan (76 persen), kepraktisan (77 persen), inovasi (72 persen), layanan pelanggan (73 persen), dan dapat diterima atau bisa digunakan dimana-mana (76 persen).

Sebagai informasi, penelitian ini dilakukan Ipsos pada periode 20 Desember 2019-15 Januari 2020. Survei dilakukan dengan metode random sampling dan tatap muka dengan 500 orang tersebar di lima kota besar; Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Palembang, dan Manado.

Mayoritas adalah milenial (kelahiran 1980-1996) dan generasi (gen) Z (kelahiran 1997-2002).

”Fokusnya ke generasi muda karena Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Kelas produktif itu didominasi milenial,” ucapnya memungkaskan.

(Isk/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya