Liputan6.com, Jakarta - Vaksin hingga saat ini menjadi perdebatan terutama di kalangan orang tua. Alih-alih mencerahkan, informasi-informasi tentang vaksin di internet tidak jarang malah menyesatkan.
Facebook, Google, dan YouTube memang telah lebih memperketat akses terhadap informasi menyesatkan tentang vaksin melalui perubahan algoritma dan beberapa kebijakan.
Namun, menurut sekelompok peneliti di University of Otago, informasi menyesatkan tentang vaksin masih bertebaran di Facebook, Google, dan YouTube.
Advertisement
Baca Juga
Peneliti utama Dr. Lucy Elkin, sebagaimana dikutip dari keterangan resminya melalui Eurekalert, Sabtu (14/3/2020), menyebut sebagian besar situs web di halaman pencarian Google (80 persen) dan video yang diterbitkan di YouTube (75 persen) memunculkan sentimen positif tentang vaksin. Sementara lebih dari lima puluh persen halaman Facebook menampilkan sentimen negatif terhadap vaksin.
Dia mengatakan langkah-langkah yang telah ditempuh Google untuk mengurangi jumlah misinformasi vaksin di situs-situs web kemungkinan berhasil meningkatkan kualitas informasi yang tersedia di Google dan YouTube.
Proporsi di Facebook lebih besar, mengapa?
"Proporsi lebih besar konten negatif tentang vaksin di Facebook dibandingkan dengan YouTube dapat mencerminkan tingkat yang berbeda tentang bagaimana penyedia layanan menyensor konten negatif tentang vaksin," tutur Lucy.
Facebook, kata Lucy, menyatakan bahwa tujuan platform mereka adalah untuk 'membangun komunitas' dan 'terhubung dengan orang lain'.
Hal itu juga bisa dipahami bahwa Facebook mungkin secara sengaja menghubungkan orang-orang dengan pandangan yang sama tentang vaksinasi dan oleh karena itu Facebook tidak terlalu serius menyensor konten negatif tentang vaksin karena konten itu dibaca oleh mereka yang berpandangan sama.
Advertisement
Isu Penting
Lucy mengatakan isu ini sangat penting karena ketika seseorang berselancar di internet, riwayat pencariannya disimpan dan lebih jauh konten serupa akan dihasilkan.
"Mereka yang membaca informasi penting vaksin di Facebook lebih mungkin menemukan informasi penting vaksin dalam pencarian berikutnya di platform apa pun, terlepas dari apakah mereka mencari di media sosial, atau di mesin pencari," tutur Lucy.
(Why/Ysl)