Aplikasi Contact Tracing Covid-19 Palsu Sasar Data Pengguna Android

Pelaku kejahatan siber rupanya menggunakan aplikasi contact tracing Covid-19 palsu untuk menyasar data pengguna Android.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 12 Jun 2020, 15:30 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2020, 15:30 WIB
6 Aplikasi Iseng yang Jadi Terkenal di Google Playstore
Beberapa aplikasi ini dibuat karena iseng-iseng lho tapi ternyata mendapat respon yang tak terduga dari para pengguna Android.

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku kejahatan siber rupanya menggunakan aplikasi contact tracing Covid-19 palsu untuk menyasar data pengguna Android. Sasarannya adalah pengguna Android di negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.

Mengutip laman Info Security Magazine, Jumat (12/6/2020), berdasarkan riset dari Anomali, ada 12 aplikasi palsu yang terdeteksi.

Aplikasi palsu ini menarget para pengguna di Armenia, India, Brasil, Chhattisgarh, Kolumbia, Indonesia, Iran, Italia, Kyrgyzstan, Rusia, dan Singapura.

Sekali diinstal di Android, aplikasi jahat ini dirancang untuk mengunduh dan menginstal malware untuk memonitor perangkat. Malware tersebut juga bisa mencuri informasi kredensial perbankan dan data personal.

Diketahui, malware yang dimaksud bernama Anubis dan SpyNote. Anubis merupakan Trojan banking yang menggunakan overlay untuk mengakses perangkat dan mencuri kredensial pengguna.

Sementara, SpyNote merupakan Trojan Android yang dipakai untuk mengumpulkan dan memantau data pada perangkat yang sudah terinfeksi.

Aplikasi-aplikasi ini menyamar jadi aplikasi contact tracing Covid-19 dan meminta berbagai akses di bagian setting. Begitu mendapatkan izin yang dimaksud, aplikasi akan berjalan di background dan menyembunyikan ikon dari app drawer.

Didistribusikan via Aplikasi, Web, dan Toko Pihak Ketiga

Android malware
(foto: phonearena.com)

"Kami percaya, aktor penyerang mendistribusikan aplikasi jahat melalui aplikasi lainnya, toko aplikasi pihak ketiga, website, dan channel lainnya," kata Anomali.

Lebih lanjut, Anomali juga menyebut, aktor penyerang terus mencoba memalsukan aplikasi resmi untuk mengambil keuntungan dari kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

"Dampak global pandemi membuat malware ini dikenal dan berpotensi menimbulkan rasa takut yang akan terus disalahgunakan oleh pelaku," kata Anomali.

Sebelumnya, peneliti Lookout menemukan operasi mata-mata berskala besar yang menarget Libya dan pengguna individual di Libya.

Saat diluncurkan, aplikasi ini meminta akses ke foto, media, file, lokasi perangkat, dan izin untuk mengambil foto dan merekam video.

Manfaatkan Situasi

Dirancang Bebas, Google Akui Android Tidak Aman
Head of Android Google Sundar Pichai mengatakan jika ia berada di bisnis menciptakan malware, ia kemungkinan akan menargetkan Android juga.

Direktur Teknis Lookout Tom Davison mengatakan, satu kampanye malware berbasis aplikasi bisa menyebar melalui 10 atau 100 aplikasi terinfeksi.

"Seringkali aplikasi palsu akan menyamar sebagai aplikasi terkenal atau mengaitkan topik menarik untuk mendapatkan target yang dituju," kata Davison.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, makin banyak pemerintah yang atau pengembang yang membuat aplikasi tracing Covid-19, aktor jahat akan memanfaatkan aplikasi palsu untuk menyebarkan malware.

Seorang peneliti keamanan di AppRiver Paul Balkwell mengatakan, kini makin banyak pengguna yang rentan dengan serangan melalui aplikasi palsu yang menyamar jadi aplikasi tracing Covid-19 resmi besutan pemerintah.

"Dengan pentingnya pelacakan kontak di tengah pandemi, aktor jahat yang memanfaatkan aplikasi palsu untuk tujuan penipuan pun makin banyak," tutur Balkwell.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya