Aplikasi Nafas Siap Pantau Kualitas Udara di DKI Jakarta dengan 27 Sensor Aktif

Aplikasi nafas telah memasang 27 sensor di berbagai titik DKI Jakarta dan dapat melaporkan kualitas udara secaa real-time

oleh M Hidayat diperbarui 28 Sep 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2020, 09:00 WIB
Aplikasi Nafas Siap Pantau Kualitas Udara di DKI Jakarta dengan 27 Sensor Aktif
Aplikasi Nafas Siap Pantau Kualitas Udara di DKI Jakarta dengan 27 Sensor Aktif

Liputan6.com, Jakarta - Pemprov DKI bersama dengan Bloomberg Philanthropies dan Vital Strategies belum lama ini menggelar kerja sama berupa Aksi Menuju Udara Bersih Jakarta.

Melalui teleconference pada saat itu, disebutkan bahwa polusi udara diperkirakan turut berkontribusi terhadap 5,5 juta kasus infeksi saluran pernapasan setiap tahunnya di Jakarta. Dengan kata lain, terdapat 11 kasus per menit.

Pemprov DKI dan Bloomberg Philanthropies juga turut mengumumkan beberapa inisiatif, termasuk situs web dan dokumen "Menuju Udara Bersih Jakarta".

Langkah pertama yang disampaikan dalam dokumen tersebut adalah Pemantauan Kualitas Udara Ambien dan salah satu inisiatif langkah yang ditempuh adalah meningkatkan jaringan pemantauan kualitas udara di Jakarta.

Sebagai aplikasi kualitas udara lokal yang telah diluncurkan pekan ini, nafas telah memasang 27 sensor kualitas udara di berbagai titik DKI Jakarta. Setiap sensor itu dapat melaporkan data kualitas udara real-time. Selain data kualitas udara di DKI Jakarta, aplikasi ini juga memberikan data kualitas udara di Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi dan Depok.

"Data yang benar-benar lokal sangat penting untuk mengetahui kualitas udara di sekitar mereka. Hal inilah yang membuat kami merancang nafas untuk terhubung ke total 45 jaringan sensor PM2.5 kami sendiri di Jabodetabek," ujar Nathan Roestandy, co-founder & Chief Executive Officer nafas, dalam keterangan tertulis.

Mantan CMO Gojek Piotr Jakubowski, yang juga merupakan co-founder & Chief Growth Officer nafas mengatakan sensor yang nafas gunakan telah dipakai di lebih dari 400 pemerintah lokal di wilayah Eropa.

"Sensor yang kami gunakan juga dipakai di lebih dari 400 pemerintah lokal di seluruh Eropa termasuk Inggris, Belanda, Norwegia, Polandia, Italia, Jerman, Belgia dan lain-lain," kata Piotr.

Pentingnya jaringan pemantauan kualitas udara yang luas

Berbekal total 45 sensor, mereka berharap data kualitas udara ini bisa dipakai pemerintah dan juga publik dengan aplikasi yang mudah dipakai dan dibaca.

Sementara Isabella Suarez, Southeast Asia Analyst di CREA (Center For Research on Energy and Clean Air) yang menjalankan riset tentang polusi udara menekankan pentingnya jaringan pemantauan kualitas udara yang luas.

"Jaringan pemantauan yang besar memungkinkan warga Jakarta tidak hanya memantau udara yang mereka hirup secara real-time, tetapi juga memberi mereka alat yang ampuh untuk memastikan bahwa inisiatif penting ini berjalan seperti yang dijanjikan," tutur Isabella.

 

Case Study di Inggris

Salah satu contoh case study pemasangan jumlah sensor pemantauan kualitas udara adalah Breathe London, inisiatif pemerintah kota London di Inggris. Dengan jaringan yang terdiri dari 100 sensor, proyek tersebut melengkapi kekurangan data area dengan tingkat polusi tinggi.

Memanfaatkan data jaringan pantauan kualitas udara yang luas, pemerintah kota London menerapkan beberapa inisiatif, yang kemudian berefek pada penurunan konsentrasi polutan sebanyak 36 persen dalam kurun waktu 6 bulan. Pemetaan data juga disebut membantu menurunkan tingkat polusi dan kebijakan pengendalian polusi sesuai target.

"Proyek Breathe London adalah contoh menarik. Kami harap akses kepada data kualitas udara dari aplikasi nafas mampu membantu Pemprov DKI mencapai inisiatif Menuju Udara Bersih Jakarta," ujar Piotr menutup pernyataannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya