Efektivitas Uji Coba Vaksin Covid-19 Perusahaan AS Capai 94 Persen

Kali ini uji coba dari Moderna menunjukkan efektivitas vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan berhasil mencapai 94,5 persen.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 17 Nov 2020, 10:18 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2020, 10:15 WIB
Kasus Virus Corona Bertambah, Bio Farma Kebut Penemuan Vaksin Anti Covid-19
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, perusahaan Pfizer dan BioNTech mengumumkan vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan memiliki efektivitas hingga 90 persen. Menyusul pengumuman tersebut, perusahaan asal Amerika Serikat, Moderna, kini mengungkapkan hal serupa.

Dikutip dari BBC, Selasa (17/11/2020), efektivitas vaksin yang dikembangkan Moderna ini bahkan lebih tinggi, yakni sekitar 94,5 persen. Uji coba vaksin ini melibatkan 30 ribu orang di Amerika Serikat.

Setengah dari peserta uji coba diberi dua dosis vaksin dengan jarak empat pekan, sementara sisanya mendapatkan vaksin dummy. Adapun Analisis efektivitas ini didasarkan pada 95 orang pertama yang diketahui memiliki gejala Covid-19.

"Secara keseluruhan, efektivitasnya sangat luar biasa," tutur Chief Medical Officer, Tal Zaks. 

Perusahaan menargetkan dapat menyediakan 20 juta dosis vaksin Covid-19 untuk Amerika Serikat. Sementara untuk seluruh dunia, perusahaan berharap dapat menyediakan hingga 1 miliar dosis, sekaligus meminta persetujuan negara yang bersangkutan.

Sebagai informasi, vaksin yang dikembangkan Moderna memiliki pendekatan serupa dengan vaksin dari Pfizer. Keduanya sama-sama menyuntikkan bagian kode genetik virus untuk memicu respons imun.

Kendati demikian, perlu diketahui, uji coba ini masih terus dilakukan dan hasil akhirnya dapat berbeda. Namun dari informasi, vaksin Covid-19 besutan Moderna disebut lebih mudah disimpan karena mampu bertahan di lemari pendingin biasa hingga satu bulan.

Sementara untuk vaksin Pfizer harus disimpan dalam suhu yang lebih dingin, dengan waktu penyimpanan di suhu lemari pendingin biasa, vaksin ini hanya bertahan lima hari. Selain dua perusahaan itu, vaksin Sputnik V yang dikembangkan Rusia juga dilaporkan memiliki efektivitas 92 persen.

Hore, Vaksin Covid-19 dari Perusahaan Ini Dianggap 90 Persen Efektif

Banner Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Trieyasni)

Sebelumnya, perusahaan vaksin Pfizer dan BioNTech belum lama ini mengumumkan vaksin Covid-19 mereka 90 persen efektif.

Tingkat efektivitas hingga 90 persen ini dianggap sangat baik dibandingkan dengan yang diharapkan oleh para ahli.

Pasalnya, sejumlah AS Food and Drug Administration (FDA) menyebut mereka akan dengan senang hati memberikan persetujuan pada vaksin dengan tingkat efektivitas 50 persen.

Dengan begitu, jika ada vaksin dengan tingkat efektivitas hingga 90 persen tentu sangatlah membanggakan.

"Ini adalah hari yang baik bagi ilmu pengetahuan dan humanitas. Kumpulan hasil pertama dari uji coba vaksin Covid-19 fase 3 kami memberi bukti awal tentang kemampuan vaksin kami mencegah Covid-19," kata Chairman sekaligus CEO Pfizer, Dr Albert Bourla, dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Ubergizmo, Selasa (10/11/2020).

"Kami mencapai tonggak penting ini dalam program pengembangan vaksin kami, di saat dunia sedang membutuhkannya. Apalagi tingkat infeksi mencatat rekor baru, rumah sakit hampir kelebihan kapasitas, dan ekonomi tengah berjuang untuk pulih," kata Bourla.

Uji Coba pada 43.538 Orang

Teori Konspirasi Seputar Pandemi Covid-19
Ilustrasi Konspirasi Penemuan Vaksin Covid-19 Credit: pexels.com/Polina

Tingkat efektivitas vaksin milik Pfizer ini berdasarkan data awal dari uji coba masif pada 43.538 orang.

Perusahaan masih terus mengumpulkan informasi dari uji coba dan memperingatkan persentase kemanjuran vaksin bisa bervariasi hasilnya.

Mengutip The Verge, vaksin milik Pfizer dan BioNTech dibuat menggunakan teknologi berbasis gen yang masih belum terbukti.

Strategi dibuat dengan memasukkan potongan kecil materi genetik virus corona ke tubuh. Kemudian, sel menggunakan instruksi yang dikodekan oleh potongan genetik untuk membuat potongan virus tersebut.

Lalu, sistem kekebalan tubuh belajar untuk melawannya. Selain Pfizer, kandidat vaksin Covid-19, Moderna, juga menggunakan strategi yang sama.

Vaksin berbasis gen harus disimpan di suhu yang sangat dingin sehingga membuatnya lebih sulit untuk diangkut. Vaksin milik Pfizer ini juga membutuhkan dua dosis yang harus diberikan dengan jarak tiga minggu, sehingga lebih rumit untuk didistribusikan ketimbang vaksin dengan satu suntikan.

Sementara itu, di Amerika Serikat, Pfizer dan BioNTech memiliki kesepakatan dengan Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia AS. Di mana, perusahaan harus menyediakan 600 juta dosis vaksin dengan nilai USD 1,95 miliar.

Perusahaan menyebut, mereka bisa membuat 50 juta dosis vaksin di tahun ini dan 1,3 miliar dosis vaksin pada 2021.

Jika pun FDA sudah menyetujui vaksin milik Pfizer, stoknya tidak akan segera ada. Ada kemungkinan vaksin akan didistribusikan lebih dahulu bagi para pekerja medis diikuti dengan kelompok yang dianggap rentan Covid-19, barulah ke orang yang dianggap lebih sehat dan sedikit berisiko.

(Dam/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya