Liputan6.com, Jakarta - Sejak pekan lalu, WhatsApp menjadi sorotan ketika memberlakuan persyarat privasi baru yang didalamnya menyebutkan data pengguna dapat dibagikan ke Facebook.
Sejumlah sosok kenamaan di dunia teknologi, seperti Bos Tesla, Elon Musk; mantan kontraktor CIA, Edward Snowden; hingga CEO Telegram, Pavel Durov pun menyarankan untuk beralih dari WhatsApp.
Alhasil, sejumlah aplikasi chatting pun mulai kebanjiran pengguna layanan mereka yang mencari aplikasi pengganti yang lebih aman ketimbang WhatsApp. Salah satunya adalah Signal.
Advertisement
Baca Juga
Karena lonjakan pengguna tersebut, perusahaan lewat akun Twitter resmi Signal pun mengungkap sedang berusaha untuk meningkatkan kapasitas karena banyak pengguna baru.
Semakin populer di kalangan pengguna smartphone di berbagai dunia saat ini, pasti banyak dari kamu masih belum mengetahui apa sih aplikasi Signal itu?
Tanpa panjang lebar, berikut adalah penjelasan singkat tentang Signal sebagaimana dikutip dari Android Authority, Senin (11/1/2021).
Apa Itu Signal?
Signal mengawali perjalanannya pada 2010 sebagai pengembangan lebih lanjut dua aplikasi buatan Whisper System, yakni TextSecure (program teks/SMS enkripsi) dan RedPhone (aplikasi panggilan suara).
Pada 2011, perusahaan startup bentukan Moxie Marlinspike dan peneliti robot, Stuart Anderson itupun diakuisisi oleh Twitter, dan aplikasi tersebut dirilis secara gratis sebagai software open-source.
Dua tahun kemudian, Moxie memutuskan untuk cabut dari Twitter dan membentuk startup baru bernama Open Whisper System, dan melanjutkan pengembangan TextSecure dan RedPhone.
2014, perusahaan memutuskan untuk melebur kedua aplikasi menjadi satu dan menamakannya Signal. Sepak terjang aplikasi Signal yang menawarkan end-to-end encryption inipun ternyata menarik perhatian mantan co-founder WhatsApp, Brian Acton.
Kepincut dengan enkripsi yang lebih aman ketimbang WhatsApp, Moxie dan Brian pun membentuk perusahaan nirlaba Signal Foundation untuk melanjutkan pengembangan aplikasi.
Tak hanya itu, mereka dan timnya pun berusaha keras agar aplikasi Signal dapat diunduh secara gratis dan mendukung software open-source.
Â
Advertisement
Cara Kerja Signal
Mengandalkan software open-source mereka sendiri, Signal Protocol, perusahaan mampu menyediakan layanan komunikasi terenkripsi antar pengguna.
Adapun layanan di Signal yang terenkripsi, termasuk teks, grup chat, pesan suara, foto, dan video untuk perangkat iOS, Android, dan PC.
Tak hanya itu, Signal versi Android juga dapat berfungsi sebagai aplikasi pengganti SMS atau MMS ponsel. Sayang, pesan teks tersebut tidak akan terenkripsi.
Pada Oktober 2020, Signal Foundation sendiri mengumumkan telah menambah fitur panggilan suara dan video di aplikasi versi PC dan iPad-nya.
Selain mengenkripsi pesan dan stiker yang dikirim antar pengguna, perusahaan sama sekali tidak mengumpulkan data tentang penggunanya. Satu-satunya informasi yang pengguna berikan adalah nomor telepon.
Menariknya, perusahaan saat ini sedang berupaya untuk memisahkannya dari penggunaan Signal dengan membuat server kontak terenkripsi.
Â
Keamanan Data dan Chat di Signal
Soal keamanan data di Signal, pengembang juga memperluas dukungannya ke chat gruo. Kini, admin grup dapat memilih untuk menambah atau menghapus orang di grup.
Ada juga dukungan untuk @mention jika kamu ingin menekankan orang tertentu dalam obrolan grup. Group link juga kini dapat dikirimkan kepada siapa saja untuk bergabung dengan grup Signal.
Tak hanya itu, pembuat aplikasi bersikeras selain pesan Signal dienkripsi, semua metadata dalam pesan tersebut juga disembunyikan.
Dengan kata lain, jika kamu ngobrol dengan pengguna Signal lainnya, hanya dia saja yang dapat melihat dan membaca pesan tersebut.
Karena pengembangan aplikasi ini didanai oleh perusahaan nirlaba, Signal tidak ada tujuan untuk menjual data apa pun. Tidak ada iklan dan aplikasi akan tetap gratis untuk diunduh dan digunakan.
Selain itu, karena software-nya bersifat open-source, siapa pun dapat berkontribusi untuk pengembangannya.
(Ysl/Why)
Advertisement