Kena Blokir di Media Sosial, Donald Trump Bakal Bikin Platform Sendiri

Setelah diblokir kehadirannya di sejumlah media sosial, Donald Trump diketahui akan membangun platform media sosial sendiri.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 22 Mar 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2021, 12:00 WIB
Mantan Presiden Donald Trump tampil di CPAC 2021.
Mantan Presiden Donald Trump tampil di CPAC 2021. Dok: AP Photo/John Raoux

Liputan6.com, Jakarta - Donald Trump diketahui telah dilarang kembali ke sejumlah platform media sosial, salah satunya Twitter. Hal itu merupakan imbas dari kicauannya beberapa bulan lalu yang dianggap menghasut pada aksi kekerasan.

Namun dari laporan terbaru Fox News, Donald Trump diketahui akan kembali ke media sosial. Hanya yang membedakan, dia akan hadir di platform-nya sendiri dalam beberapa bulan mendatang.

Informasi itu diketahui dari mantan penasihat senior adminstrasi Donald Trump, Jason Miller. Menurut Jason, platform media sosial milik Trump ini akan menarik puluhan juta pengguna baru. 

"Ini akan benar-benar mengubah permainan, dan semua orang bakal menantikan dan menyaksikan apa yang akan dilakukan Presiden Trump, tapi di platform-nya sendiri," tutur Jason seperti dikutip CNET, Senin (22/3/2021).

Untuk diketahui, Twitter memang telah menegaskan tidak lagi mengizinkan Donald Trump membuat akun di platform-nya. Hal itu diungkapkan oleh CFO Twitter Ned Segal dalam wawancara dengan CNBC.

Dikutip dari Tech Crunch, saat itu Ned sedang menjawab kemungkinan Donald Trump memiliki akun Twitter kembali apabila dia mencalonkan diri menjadi presiden dan terpilih pada pemilu 2024.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Twitter Larang Donald Trump Bikin Akun Lagi

Aplikasi Twitter
Aplikasi Twitter. Ilustrasi: Dailydot.com

"Ini cara kerja kebijakan kami, saat Anda dihapus dari platform, Anda dihapus dari platform. Terlepas apakah Anda komentator, CFO, termasuk mantan atau pejabat publik saat ini," tuturnya.

Ted menuturkan, Twitter memang merancang kebijakannya untuk memastikan orang-orang tidak melakukan hasutan yang mengarah ke kekerasan.

Oleh sebab itu, apabila ada akun yang melakukan hal tersebut, sesuai kebijakan yang ada, mereka tidak diizinkan kembali ke situs microblogging ini.

Sebelumnya, Twitter memang telah mengambil langkah tegas dengan membekukan akun Donald Trump secara permanen pada Januari 2021. Keputusan itu diambil karena kicuan dia dianggap melanggar kebijakan platform.

Menurut perusahaan, setelah melakukan penilaian bahasa dalam twit Donald Trump bulan lalu, Twitter menetapkan kicauan itu telah melanggar kebijakan Glorifikasi Kekerasan sehingga akunnya ditangguhkan permanen.

Tangkal Hoaks dan Disinformasi, Twitter Perkenalkan Birdwatch

Di sisi lain, Twitter kembali menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk mengatasi peredaran disinformasi dan hoaks yang beredar di platform media sosial mereka.

Salah satu alasan kenapa hoaks banyak beredar di media sosial, karena masih banyak warganet yang enggan membaca kembali atau mengecek ulang sebelum share artikel ke media sosial.

Karena hal tersebut, Twitter mengumumkan upaya terbaru mereka untuk memberantas hoaks dan disinformasi di platform mereka yang bernama Birdwatch.

Ketimbang mengandalkan moderator atau algoritma untuk menandai berita palsu, Birdwatch akan beralih ke pubik dengan upaya mendeteksi postingan hoaks atau menyesatkan.

Dikutip dari blog Twitter,"Birdwatch memungkinkan pengguna mengidentifikasi informasi di cuitan yang diyakini menyesatkan dan menulis catatan berisikan konteks informatif."

"Kami yakin pendekatan ini berpotensi mendapatkan respon yang lebih cepat ketika informasi hoaks menyebar, menyertakan konteks yang lebih dipercaya dan dianggap berharga."

Informasi, Birdwatch saat ini masih dalam tahap pilot project untuk pengguna di Amerika Serikat yang digagas Twitter.

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya