Liputan6.com, Jakarta - Semakin tingginya penetrasi digital di Indonesia dinilai menyebabkan semakin seringnya terjadi kebocoran data. Apalagi di masa hidup dengan Covid-19, penggunaan aplikasi seluler pun semakin masif.
Surung Sinamo, Country Manager F5 Indonesia, mengatakan peningkatan kapasitas dan penguatan keamanan siber diperlukan bagi para pengelola data agar dapat mengimbangi penetrasi digital.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Surung, dalam siaran persnya, serangan siber bisa menyebabkan kerugian miliaran dolar. Ini membuat taruhan menjadi lebih tinggi bagi pemerintah untuk meningkatkan kemampuan pertahanan siber.
"Untuk Indonesia, memperkuat pendidikan tentang keamanan siber masuk dalam agenda, diikuti dengan inisiatif pengembangan kapasitas untuk meningkatkan keamanan siber dan mengatasi kekhawatiran tentang kebocoran dan pelanggaran data," katanya.
Semua upaya ini ditujukan untuk mencapai infrastruktur keamanan siber yang lebih tangguh dan diharapkan dapat melindungi kepentingan nasional, termasuk stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Data Kredensial
F5, multi-cloud application security dan delivery company, menyimpulkan bahwa data kredensial adalah ancaman keamanan utama. Hal itu muncul dalam penelitian yang dilakukan F5 Labs.
"Sekitar tiga miliar data kredensial dicuri dalam setahun," kata Surung mengutip penelitian tersebut.
Pelanggaran yang memanfaatkan kredensial terkompromi milik pengguna dapat berdampak signifikan pada pengguna aplikasi pemerintah dan perusahaan, tergantung dari jenis akun yang diserang.
Jenis akun yang diserang dapat bervariasi, mulai dari rekening bank, ID asuransi kesehatan, hingga aplikasi perusahaan atau pemerintah.
F5 mengungkapkan, ada beberapa mode pertahanan siber yang dapat diandalkan baik oleh pemerintah dan perusahaan.
Yang pertama adalah Advanced Web Application Firewall (AWAF). Menurut F5, AWAF dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan untuk mendeteksi dan menghentikan ancaman di layer aplikasi yang terus berkembang.
Secara garis besar, AWAF mengintegrasikan analisis perilaku (behaviour analysis) dan injeksi kode dinamis sebagai dua mekanisme utama yang tersedia untuk menilai lebih lengkap ancaman terkait dengan session dari pengguna terkait.
Advertisement
Traffic Internet yang Terenkripsi
Selain itu, untuk mengatasi tantangan yang ada pada traffic internet yang terenkripsi terhadap kontrol keamanan, solusi yang disarankan adalah dengan SSL Orchestrator (SSLO).
F5 SSL Orchestrator menyediakan orkestrasi berbasis kebijakan untuk memungkinkan visibilitas yang hemat biaya di seluruh rantai keamanan untuk semua topologi jaringan, perangkat, atau aplikasi apa pun.
SSLO memastikan bahwa setiap traffic terenkripsi dapat didekripsi, diperiksa oleh kontrol keamanan, kemudian dienkripsi ulang, menghasilkan visibilitas yang tinggi untuk mengurangi ancaman yang melintasi jaringan.
Solusi lainnya adalah Shape solutions yang diklaim F5, memanfaatkan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, di antara banyak teknologi lainnya, untuk secara akurat menentukan secara real-time apakah permintaan aplikasi berasal dari sumber penipuan.
Shape solutions juga secara akurat mendeteksi dan mengurangi penipuan dan traffic internet yang tidak diinginkan secara real-time melalui telemetri dan pengumpulan sinyal yang dipatenkan.
Infografis Dampak Dugaan Kebocoran Data Aplikasi eHAC dan Antisipasinya
Advertisement