Inggris Akan Pakai Smartwatch untuk Pantau Migran Nakal

Pemerintah Inggris disebut akan segera menggunakan smartwatch (jam tangan pintar) dengan fitur pengenalan wajah untuk memantau para migran yang telah dihukum karena kejahatan.

oleh Iskandar diperbarui 06 Agu 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2022, 16:00 WIB
Ilustrasi smartwatch. Photo by Luke Chesser on Unsplash
Ilustrasi smartwatch. Photo by Luke Chesser on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Inggris disebut akan segera menggunakan smartwatch (jam tangan pintar) dengan fitur pengenalan wajah untuk memantau para migran yang telah dihukum karena kejahatan.

Para pelanggar perlu memindai wajah mereka hingga lima kali sehari. Demikian menurut The Guardian, sebagaimana dikutip dari Engadget, Sabtu (6/8/2022).

Langkah tersebut kemungkinan mulai berlaku setelah musim gugur ini. Menurut dokumen yang diperoleh The Guardian, mereka yang tunduk pada aturan tersebut perlu mengambil foto diri sepanjang hari dan lokasi mereka dilacak sepanjang waktu.

Foto-foto tersebut akan dibandingkan dengan foto-foto yang ada di file Kantor Dalam Negeri. Jika sistem pemerintah tidak dapat memverifikasi identitas orang tersebut, pemeriksaan manual akan diperlukan.

Foto-foto bersamaan dengan data nama migran, kebangsaan, dan tanggal lahir akan disimpan hingga enam tahun, di bawah rencana Kantor Dalam Negeri dan Kementerian Kehakiman.

Aturan ini hanya akan berlaku untuk warga negara asing yang telah dihukum karena kejahatan. Pemerintah Inggris dilaporkan tidak akan memantau pihak lain, seperti pencari suaka, dengan cara ini.

Pada bulan Mei, pemerintah memberikan kontrak £6 juta (US$ 7,2 juta) kepada sebuah perusahaan bernama Buddi Limited untuk mengamankan “perangkat yang tidak terpasang” guna melacak “kelompok tertentu” di bawah Layanan Pelacakan Satelit Kantor Dalam Negeri.

"Solusi perangkat yang tidak dipasang akan memberikan cara yang lebih proporsional untuk memantau kelompok tertentu selama periode waktu yang lama daripada tag yang dipasang," bunyi kontrak tersebut.

Perangkat ini akan menggunakan verifikasi biometrik berkala sebagai alternatif untuk dipasang pada individu. Jumlah jam tangan pintar yang akan dipasok Buddi dan biaya masing-masing telah dikurangi.

Kantor Dalam Negeri belum secara eksplisit mengatakan soal penggunaan jam tangan pintar dengan fungsi pengenalan wajah untuk melacak migran nakal.

Namun, seorang juru bicara mengatakan kepada The Guardian bahwa Kantor Dalam Negeri akan segera menerapkan perangkat portabel yang dapat diakses secara biometrik, di mana akan bekerja bersama tag pergelangan kaki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Peneliti Kembangkan Smartwatch Khusus Difabel

Smartwatch
Smartwatch

Di sisi lain, salah satu kampus ternama di India, Institut Teknologi India (IIT), Kanpur, telah mengumumkan versi terbaru jam tangan pintar yang dikembangkan untuk digunakan oleh penyandang disabilitas, khususnya tunanetra dan gangguan penglihatan.

Dilansir dari Swarajyamag, jam tangan pintar yang dinamakan “haptic smart watch” ini telah dibuat di National Center for Flexible Electronics (NCFlexE) institut tersebut, berkat karya Profesor Siddhartha Panda dan Vishwaraj Srivastava.

Panda merupakan seorang profesor di Departemen Teknik Kimia di IIT Kanpur, sedangkan Srivastava adalah seorang insinyur proyek di NCFlexE, setelah lulus dari IIT Kanpur dengan gelar Master of Technology (M Tech) dalam ilmu material pada tahun 2020.

Jam tangan pintar ini sedang dikembangkan sebagai bagian tesis M Tech Srivastava, dengan Prof Panda mementoring Srivastava.

Srivastava dan Prof Panda bahkan menerima Ranjan Kumar Memorial Award, pada Pertemuan ke-53 IIT Kanpur pada 22 Oktober 2020.

Penghargaan ini artinya mereka mendapat pengakuan sebagai proyek yang relevan secara sosial terbaik oleh seorang siswa yang lulus. Sehingga mereka pun mengajukan hak paten untuk jam tangan pintar mereka pada 23 Maret 2021, sembari mereka mengerjakan kelanjutan jam tangan pintar mereka.

Jam tangan haptic memiliki interface taktil yang memudahkan tunanetra dan orang dengan gangguan penglihatan untuk membaca waktu dengan benar melalui sentuhan. Berdasarkan IIT Kanpur, informasi waktu pada jam tangan disampaikan kepada pengguna melalui getaran.

Itu karena keunikan dari arloji ini yaitu tidak memiliki jarum penunjuk jam yang bergerak, maupun bergantung pada audio untuk memberitahu waktu.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Penunjuk jam menggunakan suara

"Dial Face yang terdiri dari penanda jam peka sentuhan dan output berbasis getaran digunakan untuk membaca waktu, membuat interface untuk memilih aplikasi yang berbeda, mengenali aplikasi yang berbeda secara haptik (terkait sentuhan sebagai komunikasi nonverbal), dan untuk merasakan angkanya,” kata rilis tersebut.

Selain waktu, berbagai parameter kesehatan dapat dirasakan oleh pengguna smartwatch.

Sensor seperti photoplethysmography (PPG) membantu memberi tahu hal-hal seperti detak jantung dan saturasi oksigen dan akselerometer membantu melacak aktivitas sehari-hari. Ada juga fasilitas untuk mengatur timer singkat pada jam tangan.

“Dengan inovasi ini, kami bertujuan untuk membantu tunanetra dan gangguan penglihatan dengan perangkat terjangkau menggunakan teknologi terbaru,” ujar direktur IIT Kanpur Abhay Karandikar saat menyampaikan berita di media sosial.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya