Liputan6.com, Jakarta - Dalam pembaruan di blog Google Workspace, pengguna Google Meet akan segera bisa unmute suaranya sendiri dengan menahan bilah spasi. Untuk melakukan mute lagi, pengguna cukup melepas tombol spasi.
Fungsi shortcut atau pintasan ini disebut mirip dengan apa yang dilakukan Zoom. Jika kamu sering menggunakan Zoom, fitur ini mungkin terdengar sangat mirip dengan push-to-talk. Itu pada dasarnya adalah hal yang sama.
Baca Juga
Zoom jelas tidak merevolusi fitur ini, tetapi membuatnya tersedia selama konferensi video, yang berguna setiap kali pengguna ingin bergabung selama rapat tetapi tidak ingin unmute terlalu lama.
Advertisement
Webex Cisco memiliki kemampuan serupa, sementara Microsoft Teams memungkinkan pengguna mengaktifkan suara menggunakan pintasan Ctrl + Spacebar.
Mengutip The Verge, Selasa (30/8/2022), Google mengatakan akan mulai meluncurkan versi pintasannya sendiri ke semua pengguna Workspace pada 9 September, tetapi mungkin perlu waktu hingga 15 hari bagi pengguna untuk menggunakannya.
Fitur itu tidak akan diaktifkan secara default, jadi pengguna harus mengaktifkannya dari pengaturan Google Meet.
Google sebelumnya mengumumkan kehadiran sejumlah fitur baru usai integrasi yang dilakukan antara dua aplikasi besutannya, yakni Google Meet dan Google Duo.
Seperti diketahui, pada Juni 2022, Google menyebut akan menggabungkan dua layanan tersebut dalam satu aplikasi Meet.
Menurut perusahaan, keputusan untuk menggabungkan dua aplikasi ini diharapkan bisa memecahkan beberapa masalah komunikasi modern. Kini, seperti dikutip dari Engadget, Sabtu (13/8/2022), Google menggulirkan sejumlah fitur baru usai integrasi tersebut.
Fitur Live Sharing
Salah satu fitur baru yang diperkenalkan adalah Live Sharing ke dalam Google Meet. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna berinteraksi dan berbagi konten ketika melakukan panggilan video.
Lewat fitur ini, pengguna dapat bersama-sama menonton video di YouTube, termasuk menyusun playlist yang di Spotify. Selain itu, pengguna juga dapat memainkan sejumlah game secara bersama-sama seperti Heads UP!, Uno!Mobile atau Kahoot!.
Kemampuan lain yang juga dihadirkan adalah mengubah latar belakang atau menerapkan efek visual sebelum bergabung dalam panggilan video. Selama panggilan, pengguna juga dapat memanfaatkan fitur chat untuk meningkatkan partisipasi.
Bersama dengan pengguliran fitur ini, pengguna yang memiliki aplikasi Google Duo juga akan mulai melihat perubahan ikon aplikasi tersebut menjadi Google Meet. Pembaruan ini akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan di perangkat mobile dan tablet.
Sementara untuk pengguna yang memakai Google Meet, mereka tidak ada menemukan perubahan berarti. Namun, pengguna tetap disarankan untuk memperbarui aplikasi tersebut ke versi terkini untuk bisa memakai sejumlah fitur baru.
Advertisement
Google Integrasikan Meet dan Duo Jadi Satu Aplikasi
Sebagai informasi, Google berharap aplikasi hasil integrasi Duo dan Meet ini bisa menjadi aplikasi panggilan suara dan video yang dibutuhkan pengguna untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.
Mengutip The Verge, Kamis (2/6/2022), dengan menyatukan Google Duo dan Meet, Google berharap bisa memecahkan beberapa masalah komunikasi modern.
"Yang benar-benar penting adalah memahami bagaimana orang membuat pilihan tentang tool apa yang akan mereka pakai, untuk tujuan apa, dan dalam situasi apa," kata Kepala Google Workspace, Javier Soltero.
Seperti diketahui, saat ini kehidupan pengguna internet dipenuhi oleh jutaan aplikasi chat yang berbeda. Masing-masing aplikasi juga memiliki aturan, norma, dan daftar kontaknya sendiri. Beberapa aplikasi lebih cocok dipakai untuk bekerja dan beberapa cocok dipakai untuk kebutuhan pribadi.
Google berharap, bisa menggunakan alamat email Gmail dan nomor telepon untuk menyatukan kebutuhan tersebut.
"Sangat penting dan kuat untuk bisa menjangkau Anda dengan cara itu. Kemudian, memungkinkan Anda untuk memutuskan apakah Anda ingin dijangkau atau tidak ketimbang harus mengelola semua identitas yang berbeda ini dan berurusan dengan konsekuensi," kata Soltero.
Soltero sebelumnya sudah menggemborkan gagasan mengenai "keterjangkauan" ini selama masa jabatannya di Google. Hal ini juga mengarahkan Google untuk mengintegrasikan Meet dan Chat ke dalam banyak layanan lainnya.
Menyederhanakan Pilihan Komunikasi
Meski jadi tujuan yang baik, ada harga yang harus dibayar untuk keputusan ini, yakni menambahkan segalanya ke sebuah layanan dan membuat pengguna bisa meeting (rapat) dari mana saja. Namun, benarkah pengguna benar-benar membutuhkannya?
Memang menyederhanakan pilihan komunikasi adalah ide yang bagus, namun dengan menjejalkan berbagai fitur ke satu aplikasi, apakah hal ini akan berhasil?
Sekadar informasi, selama beberapa tahun terakhir, Meet menjadi platform yang kuat untuk semua jenis rapat dan obrolan grup. Sementara Duo lebih banyak dipakai sebagai aplikasi perpesanan.
Google berjanji dengan integrasi ini, pihaknya akan membawa semua fitur Duo dan Meet ke aplikasi terintegrasi. Hal ini akan menawarkan lebih banyak fitur ke aplikasi hasil integrasi.
Duo sebelumnya dirilis Google pada 2016 sebagai cara mudah untuk melakukan panggilan video one-on-one, yang tidak dilakukan oleh Meet. Dengan Duo, seseorang bisa menelepon temannya langsung melalui nomor telepon, ketimbang mengandalkan link yang diberikan orang lain untuk join Meet.
Duo dianggap sebagai aplikasi yang mirip FaceTime. Sementara, Meet lebih mirip dengan Zoom, sebagai sebuah aplikasi video conference untuk kebutuhan profesional.
Saat kedua layanan disatukan, Google mengandalkan aplikasi seluler Duo sebagai default. Selain itu, Duo akan mendapatkan update yang menghadirkan banyak fitur Meet ke platformnya.
Namun pada akhir 2022 ini, aplikasi Duo akan berganti nama menjadi Google Meet. Aplikasi Google Meet saat ini disebut Meet Original dan pada akhirnya setelah integrasi, tidak akan dipakai lagi. Google menyebut, hal ini adalah cara terbaik untuk maju.
Advertisement