Liputan6.com, Jakarta - Google resmi mengumumkan untuk menutup platform Hangouts, dan mengalihkan penggunanya ke aplikasi Google Chat.
Bersamaan dengan proses migrasi chat dari Hangouts ke Chat, Google meminta user-nya untuk mencadangkan pembicaraan penting mereka hingga 1 November 2022.
Baca Juga
Mengutip keterangan perusahaan, Selasa (6/9/2022), raksasa mesin pencari itu berencana menghapus seluruh data di Google Hangouts mulai 1 Januari 2023.
Advertisement
"Bagi kebanyakan pengguna, obrolan di Google Hangouts akan migrasi secara otomatis ke Chat. Namun, kami minta pengguna juga mem-backup salinan data mereka." tulis perusahaan.
Perusahaan menyebutkan, pengguna dapat menyimpan dan men-download backup data Hangouts menggunakan Google Takeout sebelum batas 1 November berlalu.
Adapun suntik mati Google Hangouts ini merupakan langkah terakhir perusahaan agar pengguna layanan ini di aplikasi mobile, ekstensi Chrome, dan sidebar di Google transisi ke Chat.
Disebutkan, pengguna akan mendapatkan pemberitahuan melalui emaik sebulan sebelum layanang Google Hangouts diputus.
Google berharap, pemberitahuan ini dapat memberikan waktu bilamana ada pengguna ingin mencadangkan obrolan di Hangouts.
Selain itu, ini merupakan langkah antisipasi juga proses transfer obrolan otomatis dari Hangouts ke Google Chat tidak berjalan sempurna bagi beberapa pengguna.
Terintegrasi dengan Layanan Chat, Spaces, dan Meet
Di sisi lain, Google telah mengubah tampilan Gmail untuk seluruh pengguna. Lewat perubahan tampilan ini layanan Google lain, seperti Chat, Spaces, dan Meet kini langsung terintegrasi dengan Gmail.
Mengutip informasi dari Android Authority, Jumat (29/7/2022), desain Gmail yang baru ini sebelumnya sudah diperkenalkan beberapa bulan lalu. Jadi, Chat, Spaces, dan Meet kini bisa langsung diakses melalui menu di sebelah kiri.
"Untuk membantu orang tetap terhubung, kami membawa Gmail, Chat, Space, dan Meet dalam satu tampilan terpadu," tulis Google dalam blog-nya.
Oleh sebab itu, adanya perubahan ini membuat pengguna tidak perlu berganti aplikasi lain untuk mengakses tiga layanan lainnya.
Meski ada perubahan, pengguna tetap bisa melakukan kustomisasi bagian tersebut dan menyingkirkan aplikasi yang tidak ingin digunakan, melalui menu Quick Settings.
Advertisement
Aplikasi Gmail Diunduh 10 Miliar Kali
Google juga menyebut pengguna yang masih menyukai tampilan lama bisa mengubahnya ke tampilan standar Gmail.
Selain perubahan tampilan, Google juga meningkatkan kemampuan pencarian berdasarkan kueri yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Fitur ini juga sudah digulirkan untuk para pengguna.
Lalu untuk akhir tahun ini, perusahaan juga akan meningkatkan pengalaman Gmail untuk para pengguna tablet, ditambah dengan emoji yang lebih beragam, fitur aksesibilitas baru, serta fitur lainnya.
Di sisi lain, awal tahun ini diketahui aplikasi Gmail diketahui telah diunduh 10 miliar kali dari Google Play Store. Google pertama kali meluncurkan aplikasi Gmail pada 1 April 2004.
Rusia Denda Google Rp 522 Miliar karena Monopoli YouTube
Lebih lanjut, Rusia mendenda Google sebesar 2 miliar Rubel atau setara Rp 522 miliar karena YouTube. Dalam hal ini, YouTube dianggap sebagai platform video yang mendominasi pasar Rusia.
Langkah Rusia memberlakukan sanksi denda ke Google bukan kebetulan. Sudah jadi rahasia umum, Rusia tengah mencoba membalas langkah Google yang mengikuti perusahaan-perusahaan teknologi barat membatasi layanannya di negara itu, akibat serangan Rusia ke Ukraina.
Mengutip Gizchina, Kamis (28/7/2022), regulator antimonopoli Rusia (Federal Antimonopoly Service/FAS) ingin Google membayar sanksi denda sekitar USD 35 juta atau setara Rp 522 miliar.
"Google menyalahgunakan dominasi YouTube sebagai layanan hosting video utama," kata regulator Rusia, FAS.
FAS menyatakan, Google harus membayar denda dalam waktu dua bulan sejak denda berlaku.
Terlepas dari itu, FAS tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai penyalahgunaan yang dimaksud. Namun, pengawas layanan komunikasi Rusia mengatakan, bulan lalu YouTube juga sengaja menyebarkan disinformasi.
Penyebaran disinformasi ini memungkinkan terjadinya penyebaran pandangan ekstremis dan mengajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam protes.
Google memberikan pernyataan terkait kasus ini. "Kami akan mempelajari keputusan ini dengan cermat sebelum menentukan langkah kami selanjutnya," kata Google.
(Ysl/Dam)
Advertisement