Ada Fenomena Solstis, Benarkah Tak Boleh Keluar Rumah pada 21 Desember?

Berikut ini penjelasan soal fenomena Solstis yang akan terjadi bulan Desember 2022 ini menurut BRIN

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Des 2022, 09:15 WIB
Diterbitkan 20 Des 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi Matahari Terbit, Sunrise
Ilustrasi Matahari Terbit, Sunrise (Photo by Federico Respini on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengimbau masyarakat untuk tidak percaya begitu saja dengan imbauan agar tidak keluar rumah pada tanggal 21 Desember 2022.

Menurut Andi Pangerang Hasanuddin dari Pusat Riset Antariksa BRIN, imbauan ini sendiri muncul dan mengaitkannya dengan fenomena solstis yang akan terjadi.

Mengutip laman Edukasi Sains Antariksa BRIN, Andi menegaskan bahwa solstis hanyalah fenomena astronomis biasa. Solstis sendiri bisa disepadankan dengan "Titik Balik Matahari."

Secara khusus, Solstis dapat didefinisikan sebagai peristiwa ketika Matahari berada paling utara maupun Selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap ekuator langit.

"Solstis terjadi dua kali setahun yakni di bulan Juni dan bulan Desember," tulis Andi, dikutip Selasa (20/12/2022).

Solstis disebabkan oleh sumbut rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan ekliptika).

Saat Bumi berotasi, juga sekaligus mengorbit Matahari, sehingga terkadang Kutub Utara dan Belahan Bumi Utara condong ke Matahari, sementara kutub Seltan dan Belahan Bumi Selatan menjauhi Matahari.

Inilah kondisi saat Solstis di bulan Juni atau disebut juga Solstis Juni. Penyebutan ini lebih netral karena tidak bergantung pada musim tertentu.

Sebaliknya, terkadang Kutub Selatan dan Belahan Bumi Selatan condong ke Matahari, sementara Kutub Utara dan Belahan Bumi Utara menjauhi Matahari. Inilah kondisi saat Solstis di bulan Desember atau Solstis Desember.

Dampak Solstis Bikin Bencana Alam?

Pergeseran kutub (5)
Ilustrasi dunia kiamat. (Sumber Pixabay)

Menurut penjelasan BRIN, secara umum, solstis berdampak pada gerak semu harian Matahari ketika terbit, berkulminasi, dan terbenam.

Pengaruhnya juga pada intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi, kemudian berdampak pada panjang siang dan malam, serta berdampak pada pergantian musim.

BRIN menegaskan, dampak solstis yang dirasakan manusia tidak seekstrem yang dinarasikan pada imbauan disinformatif dan menyesatkan.

"Sekalipun di hari terjadi solstis ini terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami maupun banjir rob, fenomena-fenomena tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan solstis," kata Andi.

Hal ini karena, solstis merupakan fenomena murni astronomis yang juga dapat mempengaruhi iklim dan musim di Bumi. Sedangkan bencana-bencana alam tadi, terjadi karena aktivitas vulkanologi, seismik, oseanik, dan hidrometeorologi.

Waktu Terjadinya Solstis 2022

Ilustrasi Matahari
Ilustrasi matahari (dok. Pixabay.com/Gulcinglr/Putu Elmira)

Pada tahun 2022, Solstis Juni terjadi pada 21 Juni pukul 16.13.19 WIB / 17.13.19 WITA / 18.13.19 WIT. Sementara Solstis Desember terjadi pada 22 Desember pukul 04.49.14 WIB / 05.49.14 WITA / 06.49.14 WIT.

Nah, di 2023 Solstis Juni akan terjadi pada 21 Juni pukul 21.57.29 WIB / 22.57.29 WITA / 23.57.29 WIT. Sementara Solstis Desember terjadi pada 22 Desember pukul 10.27.23 WIB / 11.27.23 WITA / 12.27.23 WIT.

BRIN menambahkan, solstis dapat terjadi di tanggal yang berbeda untuk jangka waktu paling singkat antara 1.000 sampai 1.500 tahun dan paling lama, 4.500 sampai 5.000 tahun.

Jangan Mudah Percaya Informasi Tak Terpercaya

Ilustrasi senja, sunset, matahari terbenam
Ilustrasi senja, sunset, matahari terbenam. (Photo by frank mckenna on Unsplash)

Perbedaan tanggal disebabkan pergeseran titik perihelion (titik terjauh Bumi dari Matahari) terhadap solstis. Semakin dekat Solstis Juni dengan perihelion, maa Solstis Juni dan Solstis Desember akan terjadi di tanggal yang lebih awal.

Sementara, semakin dekat Solstis Desember dengan perihelion, maka Solstis Juni dan Solstis Desember akan terjadi di tanggal yang lebih akhir.

BRIN pun meminta agar masyarakat tidak mudah percaya begitu saja, jika menemukan berita atau imbauan yang asalnya dari pihak yang tidak jelas kebenarannya.

Selain itu, mereka juga meminta untuk berhenti menyebarkan berita atau imbauan tersebut, serta mengedukasi sekaligus meluruskannya dari pihak yang terpercaya.

(Dio/Ysl)

Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana
Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya