Liputan6.com, Jakarta - Dalam sidang kongres dengan House Energy and Commerce Committee pada Kamis (23/3/2023) waktu Amerika Serikat (AS), CEO TikTok Shou Zi Chew digempur sejumlah pertanyaan tajam oleh para anggota parlemen AS.
Tak hanya itu, mereka bahkan menilai aplikasi TikTok berbahaya bagi kesehatan mental anak-anak. Juga menuduh platform ini mempromosikan konten yang mendorong gangguan makan di kalangan anak-anak, penjualan obat-obatan terlarang, dan eksploitasi seksual.
Baca Juga
"TikTok dapat dirancang untuk meminimalkan bahaya bagi anak-anak, tetapi keputusan dibuat untuk membuat anak-anak kecanduan secara agresif demi keuntungan," kata anggota parlemen dari Demokrat, Kathy Castor, pada sidang kongres tersebut, dikutip Jumat (24/3/2023).
Advertisement
Anggota parlemen Demokrat, Tony Cardenas, mengatakan Chew adalah "penari yang piawai dengan kata-kata" dan menuduhnya menghindari pertanyaan sulit dengan bukti bahwa aplikasi tersebut telah merusak kesehatan mental anak-anak.
Chew membantah tudingan tersebut, dengan mengatakan bahwa perusahaan berinvestasi dalam moderasi konten dan kecerdasan buatan untuk membatasi konten semacam itu.
Lalu anggota parlemen Demokrat, Diana DeGette, mengatakan upaya TikTok untuk mencegah penyebaran informasi yang salah di platform tidak berhasil.
"Anda hanya memberi saya pernyataan umum bahwa Anda berinvestasi, bahwa Anda khawatir, bahwa Anda melakukan pekerjaan. Itu tidak cukup bagi saya. Itu tidak cukup bagi orangtua di Amerika," ujar DeGette.
Kemudian anggota parlemen AS lain, Gus Bilirakis, menunjukkan kepada panitia tentang kumpulan video pendek TikTok yang tampaknya membenarkan tindakan menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, atau langsung mempengarungi para pengguna untuk bunuh diri.
"Teknologi Anda benar-benar menyebabkan kematian. Kita harus menyelamatkan anak-anak dari perusahaan teknologi besar seperti milik Anda, yang terus menyalahgunakan dan memanipulasi mereka untuk keuntungan Anda sendiri," klaim Bilirakis.
Chew memberi tahu Bilirakis bahwa aplikasi TikTok menangani masalah bunuh diri dan menyakiti diri "dengan sangat, sangat serius".
Upaya Keamanan Data TikTok Bernilai Rp 22,6 Triliun
Perusahaan mengatakan telah menghabiskan lebih dari US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 22,6 triliun) untuk upaya keamanan data yang disebut sebagai "Project Texas".
Inisiatif tersebut memiliki hampir 1.500 karyawan tetap dan dikontrak dengan Oracle Corp untuk menyimpan data pengguna TikTok di AS.
Akan tetapi, kritik terus mengalir dalam sidang karena perusahaan tidak memberikan upaya baru untuk menjaga privasi pengguna.
Chew kemudian meyakinkan para anggota parlemen bahwa perusahaan tidak mempromosikan atau menghapus konten atas permintaan pemerintah China.
"Ini adalah komitmen kami kepada komite dan semua pengguna bahwa kami akan menjaga (TikTok) bebas dari manipulasi apa pun oleh pemerintah mana pun. TikTok secara ketat menyaring konten yang dapat membahayakan anak-anak," ujarnya menjelaskan.
Â
Advertisement
TikTok Dituding Memata-matai Orang AS
Sekitar 20 senator AS (10 Demokrat dan 10 Republik) telah mendukung undang-undang bipartisan yang memberikan jalan bagi pemerintahan Presiden Joe Biden untuk melarang TikTok.
TikTok pekan lalu mengatakan pemerintahan Biden menuntut induk perusahaannya, Bytedance, melepaskan saham mereka ke perusahaan AS atau mereka akan menghadapi pemblokiran.
Bicara soal potensi divestasi, Chew mengatakan masalahnya bukan tentang kepemilikan dan berpendapat bahwa kekhawatiran AS pada TikTok dapat diatasi dengan memindahkan data ke pusat penyimpanan AS.
Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa memaksa penjualan TikTok akan sangat merusak kepercayaan investor dari seluruh dunia, termasuk China, untuk berinvestasi di Amerika Serikat.
Pada sidang DPR hari Kamis kemarin, anggota parlemen Neal Dunn bertanya pada Chew apakah ByteDance telah memata-matai orang AS atas permintaan Beijing? Chew menjawab, "Tidak."
Dunn dari Partai Republik kemudian bertanya tentang laporan media AS bahwa tim ByteDance yang berbasis di China berencana menggunakan TikTok untuk memantau lokasi warga AS tertentu, dan mengulangi pertanyaannya tentang apakah ByteDance memata-matai?
"Menurutku memata-matai bukanlah cara yang tepat untuk menggambarkannya," Chew menegaskan.
Dia melanjutkan dengan menggambarkan laporan tersebut sebagai penyelidikan internal, tetapi langsung dipotong oleh Dunn, yang menyebut penggunaan TikTok secara luas sebagai "kanker".
Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)
Advertisement