Liputan6.com, Jakarta - Apple belum lama ini diperintahkan untuk setop sementara jualan iPhone 12 di Prancis. Pasalnya, iPhone yang rilis tahun 2020 ini dinilai memiliki tingkat radiasi lebih tinggi dibanding ambang batas yang ditentukan Komisi Uni Eropa.
Apple juga diminta memperbaiki smartphone dari radiasi tinggi via update software atau menarik semua produk iPhone 12 yang sudah terjual di negara itu.
Baca Juga
Menteri Digital Prancis Jean Noel Barrot mengatakan, terlepas dari kekhawatiran atas pengaruh radiasi smartphone terhadap kanker, pengumuman ini membuat adanya perdebatan tentang keamanan penggunaan ponsel.
Advertisement
Lantas apakah radiasi smartphone seperti pada iPhone 12 berbahaya?
Mengutip Daily Mail, Jumat (15/9/2023, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sebelumya berupaya menghilangkan kekuatan terkait radiasi yang dipasarkan smartphone. Bahkan WHO juga bilang, tidak ada bukti yang menjukkan radiasi berbahaya bagi manusia.
Sayangnya menurut para ilmuwan, hanya ada sedikit hal yang diketahui tentang risiko keselamatan (akibat terpapar radiasi ponsel) setelah 20 tahun terakhir. Hal ini karena kebanyakan orang tak pakai ponsel, setidaknya hingga tahun 1990-an.
"Saat ini tidak ada bukti kuat bahwa paparan medan elektromagnetik selama penggunaan ponsel terkait dengan dampak buruk bagi kesehatan," kata profesor epidemiologi di Karolinska Instituet di Stockholm.
Namun menurutnya, masih ada beberapa ketidakpastian dan diperlukan penelitian lebih lanjut, terutama mengenai frekuensi yang lebih tinggi yang akan dipakai untuk 5G.
Diperkirakan Tak Mungkin Terjadi
"Pedoman tersebut ditetapkan dengan margin keamanan yang cukup besar dan dampak kesehatan tak mungkin terjadi, bahkan jika pedoman tersebut dilewati. Batas keamanan pedoman ini diterapkan untuk mempertimbangkan ketidakpastian dalam pengetahuan ilmiah," katanya.
Sebelumnya, Badan Internasional Penelitian Kanker, cabang dari WHO, sebelumnya menyatakan, frekuensi radio tertentu pada tingkat ekstrim mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia. Namun hal ini diperkirakan tak mungkin terjadi.
Ada pula penelitian yang menyebut, penggunaan ponsel bisa meningkatkan risiko kanker dan berdampak pada kesuburan.
Pada 2014, peneliti di University of Exeter mengemukakan kemungkinan adanya hubungan antara paparan ponsel dengan kualitas sperma.
Menurut peneliti tersebut, jumlah sperma dan pergerakannya dapat terpengaruh dari kebiasaan menyimpan ponsel di saku. Namun para peneliti menyebut masih perlu lebih banyak penelitian untuk membuktikan hal ini.
Advertisement
Apa Iya Bisa Tingkatkan Risiko Kanker?
Terpisah, sebuah studi di tahun 2020 juga mengklaim, penggunaan ponsel sedikitnya 17 menit per hari selama 10 tahun bisa meningkatkan risio kena tumor kanker hingga 60 persen.
Salah satu peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, Joel Moskowitz, mengatakan, kesimpulan utama adalah sekitar 1.000 jam pemakaian ponsel seumur hidup atau 17 menit selama 10 tahun berdampak signifikan pada risiko kanker otak.
Namun, lembaga amal Cancer Research UK bersikukuh bahwa hal ini tidaklah terjadi.
Selain itu, belum ada penjelasan yang jelas mengenai bagaimana ponsel bisa menyebabkan kanker.
"Radiasi yang dikirimkan dan diterima oleh ponsel atau menara telepon sangat lemah. Radiasi ini tidak memiliki cukup energi untuk merusak DNA sehingga sangat kecil kemungkinannya untuk menyebabkan kanker," kata Cancer Research UK.
Masih Perlu Banyak Penelitian dan Studi
Selain itu, 10 tahun lalu badan perlindungan kesehatan Inggris mengatakan, tinjauan keamanan besar-besaran tidak mengungkapkan bukti bahwa ponsel membahayakan kesehatan manusia.
Poinnya, ilmuwan mengamati ratusan penelitian dan belum menemukan hubungan konklusif bahwa paparan radiasi menyebabkan tumor otak, jenis kanker lain, atau membahayaan kesuburan dan kesehatan jantung.
Komunitas ilmiah sepakat bahwa diperlukan banyak penelitian untuk mengetahui potensi dampak jangka panjang terkait penggunaan perangkat selama puluhan tahun.
Advertisement