YouTube Wajibkan Kreator Menandai Konten yang Diproduksi AI

YouTube umumkan serangkaian perubahan kebijakan untuk memastikan penggunanya mendapat informasi mengenai konten buatan AI.

oleh Mustika Rani Hendriyanti diperbarui 21 Nov 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2023, 12:00 WIB
Logo YouTube
Logo YouTube (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya berupaya memasukkan alat kecerdasan buatan (AI) ke dalam layanannya, Google rupanya juga memperbarui kebijakan terkait hal ini.

Seperti yang dikutip dari Gadgets Now, Selasa (21/11/2023), YouTube adalah salah satu yang telah mengumumkan serangkaian perubahan kebijakan untuk memastikan penggunanya mendapat informasi mengenai konten buatan AI.

YouTube mengatakan AI dapat digunakan untuk menghasilkan konten yang berpotensi menyesatkan pengguna, terutama jika mereka tidak menyadari bahwa video tersebut telah diubah atau dibuat secara sintetis.

Untuk mengatasi masalah ini, YouTube akan memperkenalkan pembaruan yang memberi tahu pengguna jika konten yang mereka lihat adalah konten sintetis.

Pembaruan ini akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang dan mewajibkan content creator untuk menyatakan bahwa semua atau sebagian konten telah dibuat menggunakan AI.

Ini menjadi langkah penting dalam menghadapi konten-konten yang membahas topik sensitif. Misalnya, seperti pemilu, konflik terpanas, krisis kesehatan masyarakat, atau pejabat publik.

Adapun kebijakan dari YouTube bagi para content creator yang tidak menyatakan informasi bahwa kontennya dibuat dengan AI, mereka akan dikenai sanksi berupa penghapusan konten, penangguhan dari Program Mitra YouTube, atau hukuman lainnya.

Selain memberi label di panel deskripsi yang menunjukkan bahwa beberapa konten telah diubah atau sintetis, YouTube akan menerapkan label yang lebih menonjol pada pemutar video.

YouTube juga akan memungkinkan pengguna menghapus konten tertentu yang dibuat oleh AI atau konten sintetis atau diubah lainnya.

YouTube Uji Coba Fitur Baru Berbasis AI, Tingkatkan Interaksi Penonton dan Kreator

Logo Youtube Play
Logo Youtube Play. (Pixabay/chiplanay)

Sebelumnya, YouTube dilaporkan sedang menguji dua fitur baru yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) sebagai upayanya meningkatkan keterlibatan pengguna dan memperbaiki pengalaman di platform tersebut. 

Fitur pertama yang diuji coba YouTube adalah kemampuan untuk mengindentifikasi topik yang ada di kolom komentar. Jadi, AI bertugas mengenali dan mengatur komentar yang diberikan sesuai tema atau topik yang relevan. 

Fitur ini membantu penonton dan kreator dengan cepat menemukan diskusi yang spesifik di bagian komentar. 

Nantinya, pembuat konten konten juga memiliki opsi mengatur fitur ini dengan menghapus komentar seseorang yang terkait dengan topik tersebut.

Selain itu, fitur ini hanya terbatas dibuat untuk komentar yang dipublikasikan, tidak termasuk komentar yang diblokir atau yang sedang ditinjau. 

Dilansir GizmoChina, Jumat (10/11/2023), fitur YouTube terbaru ini sedang dalam tahap uji coba dan terbatas pada beberapa video berbahasa Inggris.

Fitur kedua adalah alat bantu percakapan AI semacam chatbot, yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan pemirsa selama pemutaran video. 

Penonton YouTube dapat mengajukan pertanyaan, menerima rekomendasi konten terkait, dan bahkan mengikuti kuis untuk meningkatkan pemahaman mereka. 

Alat ini terintegrasi tanpa mengganggu pemutaran video, serta menggunakan pemrosesan bahasa alami untuk memberikan tanggapan yang akurat dan relevan.

Kedua fitur ini sejauh ini hanya tersedia untuk sejumlah anggota YouTube Premium dan terus menjalani uji coba serta pengembangan lebih lanjut. 

YouTube Paksa Pengguna Matikan Ad Block untuk Nonton Video

Logo YouTube
Logo YouTube (Photo by Sara Kurfeß on Unsplash)

Selain itu, YouTube juga sudah mulai merealisasikan rencananya agar pengguna layanan konten berbagi video tersebut tidak menggunakan ekstension ad block di peramban, seperti Google Chrome hingga Mozilla Firefox.

Sebelumnya, YouTube sudah menyebarkan pesan agar menonaktifkan ad block di peramban untuk dapat lanjut menonton video di layanan streaming milik Google tersebut.

Pada kala itu, hanya beberapa pengguna mendapatkan notifikasi saat nonton video di YouTube bertuliskan, "Ad blockers are not allowed on YouTube."

Pengguna yang tidak berlangganan YouTube Premium, atau tidak menonaktifkan adblock dapat mengeklik simbol [X] di jendela kanan atas pesan pop-up tersebut.

Kini, pengguna akan diminta untuk menonaktifkan beragam ekstensi ad block ini untuk dapat menonton video di YouTube. Jika tidak, mereka tidak dapat menonton.

Mengutip The Verge, Rabu (1/11/2023), YouTube memperluas praktik untuk menindak keras aplikasi atau ekstensi ad block (pemblokir iklan). 

"Pemblokiran ini telah meluncur secara global, dengan upaya untuk mendorong pengguna mengizinkan iklan atau berlangganan YouTube Premium," kata manajer komunikasi YouTube, Christopher Lawton.

YouTube mengonfirmasi sudah "mematikan" video bagi pengugna yang menggunakan ekstensi ad block sejak Juni 2023. Lawton mengatakan, "penggunaan ad block menyalahi aturan dari terms of service dari layanan streaming tersebut."

YouTube Hadirkan Laman Baru Khusus Berita, Permudah Penonton Akses dari Sumber Media Terpercaya

Logo Youtube. Dok
Logo Youtube. Dok

YouTube juga meluncurkan pembaruan yang memudahkan pengguna menonton berita terkini, serta membantu media penerbit berita untuk membuat video Shorts. 

Dilansir Tech Crunch, Selasa (24/10/2023), YouTube menghadirkan laman tontonan yang imersif berita. Jadi, laman ini akan mengumpulkan konten dari berbagai sumber media atau penerbit resmi. 

Selain itu, perusahaan streaming video ini juga meluncurkan "Program Inovasi Shorts untuk Berita". Program ini akan menawarkan dana finansial dan dukungan lainnya kepada media pemberitaan yang membuat video pendek di platform tersebut.

Untuk memulainya, aplikasi streaming video ini bekerja sama dengan lebih dari 30 organisasi di 10 negara, sekaligus menyediakan total USD 1,6 juta atau Rp 25,3 juta untuk mendanai usaha mereka.

“Selama tahun depan, pakar YouTube akan bekerja sama dengan sejumlah media, termasuk Univision di AS, AFP di Prancis, dan Mediacorp di Singapura mengenai strategi konten Shorts dan praktik terbaik produksi video,” ungkap YouTube dalam postingan blognya.

YouTube mengatakan tujuan dari program ini adalah membantu penerbit berita yang tertarik mengembangkan konten berdurasi pendek, tetapi tidak memiliki sumber daya untuk melakukannya.

Dalam postingan blognya, YouTube juga mengungkapkan, halaman tonton berita akan menampilkan konten dari sumber berita di video on demand, streaming langsung, podcast, dan YouTube Shorts. 

Dengan demikian, penonton dapat menjelajahi berita dari berbagai sumber dan sudut pandang. Ditambah dukungan berbagai format, pengguna diberi pilihan untuk melihat berita lebih mendalam atau menonton video pendek.

Laman tontonan baru kabarnya akan diluncurkan ke pengguna seluler di sekitar 40 negara. YouTube juga telah merencakanan peluncuran fitur versi desktop dan TV di masa mendatang. 

Perusahaan milik Google tersebut yakin pembaruan pengalaman berita ini akan membantu penonton mengakses berbagai pendapat yang kredibel dan beragam terkait berita tertentu.

Infografis Geger Akun Penyebar Hoaks di YouTube. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Geger Akun Penyebar Hoaks di YouTube. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya