TikTok Ungkap Cara Kerja Algoritma, Jelaskan Posisi sebagai Platform Berbagi Video

TikTok berkomitmen menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna dengan mengoptimalkan algoritma sekaligus praktik moderasi konten yang menggabungkan teknologi dan moderasi manusia.

oleh Mustika Rani Hendriyanti diperbarui 03 Des 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 03 Des 2023, 14:00 WIB
TikTok
Anggini Setiawan, Head of Communications, TikTok Indonesia ungkap cara kerja algoritma TikTok dalam Workshop FORWAT X TikTok pada hari Jumat (1/12/2023). (Liputan6.com/Mustika Rani Hendriyanti)

Liputan6.com, Jakarta - TikTok sebagai platform yang berbasis hiburan, kini menjadi salah satu pilihan bagi Gen Z untuk mencari informasi.

Untuk itu, TikTok berkomitmen menjaga keamanan dan kenyamanan penggunanya dengan mengoptimalkan algoritma, sekaligus praktik moderasi konten yang menggabungkan teknologi dan moderasi manusia.

Menurut Head TikTok Indonesia Anggini Setiawan, meski TikTok memiliki fitur media sosial, tapi hal yang paling utama dari layanan ini adalah platform konten atau platform berbagi video pendek. 

Hal ini penting, menurut Anggi, karena cara kerja algoritma TikTok berdasarkan content graph, bukan berdasarkan followers graph seperti media sosial.

"Cara kerja content graph, sebuah konten akan masuk ke penayangan pengguna atau FYP (For Your Feed) yang memiliki minat terhadap konten tersebut, dan bukan ditujukan ke pengikut akun pembuat konten," tutur Anggini saat workshop FORWAT X TikTok. 

Lebih lanjut ia menuturkan dengan content graph, setiap konten TikTok yang dibuat akan diperiksa terlebih dahulu. Sebab, TikTok bertanggung jawab memastikan konten tersebut sudah sesuai dengan panduan komunitas.

Kemudian, apabila dinyatakan sesuai, konten tersebut bisa langsung ditayangkan. Sebaliknya, jika tidak sesuai dengan panduan komunitas, konten akan ditinjau lebih lanjut.

Kendati demikian, perlu diingat, kalau moderasi konten yang digunakan platform video pendek ini menggabungkan teknologi dan manusia. Karenanya, tidak tertutup kemungkinan TikTok bisa melakukan kesalahan. 

“Namun, bisa jadi kami sebagai platform mengalami kesalahan peninjauan. Oleh karena itu, pengguna bisa mengajukan keberatan,” kata Anggini.

TikTok : Kontrol Paling Besar Algoritma Ada di Pengguna

Algoritma TikTok
Anggini Setiawan, Head of Communications, TikTok Indonesia, menjelaskan proses moderasi oleh TikTok. (Liputan6.com/Mustika Rani Hendriyanti)

Berkaitan dengan algoritma TikTok yang seringkali dianggap tidak sesuai dengan keinginan atau selera pengguna, Anggini Setiawan menyebutkan, kalau kontrol algoritma paling besar ada di pengguna. 

Dengan kata lain, pengguna memiliki andil besar untuk menentukan konten apa yang akan dilihat dan dikonsumsi di FYP.  Ia menuturkan, ada beberapa faktor yang memengaruhi munculnya konten di FYP. 

Sekadar diketahui, FYP mencerminkan preferensi unik untuk setiap penggunanya. Sistem merekomendasikan konten dengan menyusun urutan video berdasarkan kombinasi faktor-faktor.

Adapun tiga faktor utama yang memengaruhi konten FYP di TikTok pengguna, yakni interaksi pengguna, informasi video, serta pengaturan perangkat dan akun.

Interaksi pengguna berkaitan dengan video yang disukai atau dibagikan oleh pengguna, akun yang diikuti, komentar yang diunggah, dan konten yang dibuat.

Adapun informasi video mencakup detail teks, suara, dan hashtag yang disertakan dalam konten.

Sementara itu, pengaturan perangkat dan akun, ini menjadi hal yang seringkali diabaikan oleh pengguna. Padahal, dengan melakukan pengaturan, bisa memengaruhi konten-konten yang tayang di FYP.

Pengguna bisa mengatur bahasa, negara, dan jenis perangkat untuk mengendalikan konten-konten seperti apa yang masuk ke FYP.

Saring Konten yang Masuk ke FYP dengan Memanfaatkan Fitur Ini

TikTok Indonesia
Anggini Setiawan, Head of Communications, TikTok Indonesia. (Liputan6.com/Mustika Rani Hendriyanti)

Anggini menyebutkan, “Di TikTok, yang dinilai engagement-nya tidak hanya berdasarkan konten yang disukai, tetapi juga konten yang tidak disukai. Jadi pengguna memiliki kontrol besar.”

Apabila merasa tidak tertarik dengan video yang ditayangkan di FYP, pengguna bisa menekan tombol “Tidak Tertarik”. Dengan menekan video selama tiga detik, maka akan muncul opsi tombol tersebut.

Apabila tombol “Tidak Tertarik” ditekan, TikTok akan mengurangi tayangan video-video sejenis di FYP pengguna.

Sementara itu, apabila pengguna menekan tombol “Report”, TikTok tidak akan memunculkan video-video sejenis di FYP pengguna.

Sebaliknya, apabila pengguna menekan tombol “Simpan Video”, algoritma TikTok akan menilai pengguna menyukai konten tersebut. Jadi, TikTok akan memunculkan video sejenis lebih banyak lagi di FYP pengguna.

Setop Konten yang Tidak Disukai di TikTok Pakai Fitur Ini

Render 3D Logo TikTok
TikTok hadirkan feed STEM untuk konten yang berorientasi pada sains dan teknologi. (unsplash/Mariia Shalabaieva)

Selain itu, ada cara lain untuk membatasi peredaran konten yang muncul di FYP pengguna. 

Pengguna juga bisa melakukan pengaturan dengan membuka Pengaturan Privasi. Di sana, pengguna akan menemukan tombol Preferensi Konten, yang mana dengan tombol ini pengguna memiliki kuasa untuk membatasi konten-konten tertentu.

Dengan memilih Preferensi Konten, akan muncul filter kata kunci, sehingga pengguna bisa memblokir kata-kata kunci tertentu.

Sebagai contoh, apabila pengguna tidak menyukai konten tentang pemilu, pengguna bisa mengetikkan kata kunci "pemilu" pada filter kata kunci. Dengan begitu, video-video yang mengandung kata kunci tersebut tidak akan dimunculkan di FYP.

Selain itu, pengguna juga bisa melakukan refresh akun TikTok mereka. Dengan melakukan tindakan ini, akun TikTok pengguna akan seperti akun baru. Artinya, TikTok tidak melacak algoritma apa pun dari akun tersebut.

Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa

Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya