OPINI: Empat Alasan Pendidikan Kecerdasan Buatan (AI) Perlu Dimulai di Tingkat Perguruan Tinggi

Integrasi pembelajaran AI dalam silabus pendidikan tinggi di Indonesia menjadi krusial untuk menghadapi tantangan era digital. Laporan World Economic Forum dan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045 mendorong pentingnya kompetensi AI bagi mahasiswa.

Roy Kosasih
Direview oleh: Roy Kosasih

Presiden Direktur IBM Indonesia

oleh Tim Tekno diperbarui 14 Okt 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2024, 19:00 WIB
Roy Kosasih, President Director IBM Indonesia
Roy Kosasih, President Director IBM Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan semakin cepatnya perkembangan transformasi digital di Indonesia, integrasi pembelajaran tentang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence – AI) ke dalam silabus pendidikan tinggi di semua jurusan menjadi semakin krusial.

Laporan terbaru World Economic Forum berjudul "Shaping the Future of Learning: The Role of AI in Education 4.0 Insight Report," menekankan akan potensi besar AI dalam mengatasi tantangan di dunia pendidikan.

Salah satu poin penting dari laporan tersebut adalah bagaimana integrasi AI ke dalam kurikulum pembelajaran bisa memberikan kesempatan bagi para siswa untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan di masa depan.

Langkah ini sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia melalui Strategi Nasional untuk Kecerdasan Artifisial 2020-2045, yang menempatkan pendidikan dan penelitian sebagai fokus utama.

Untuk mendukung upaya integrasi AI dalam kurikulum ini, penting bagi tenaga pengajar diberikan kesempatan untuk belajar dan mengakses materi-materi bisa mengembangkan kompetensi teknologi, mendalami pemahaman tentang AI, serta meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

Dengan demikian, para pengajar dapat membekali siswa dengan keterampilan yang relevan untuk tuntutan dunia kerja modern, apa pun jurusannya. Berikut beberapa alasan kenapa memasukkan AI dalam proses belajar sangat penting:

Demokratisasi Informasi:

Mempelajari AI bisa meningkatkan keragaman dan inklusi pada ekosistem kecerdasan buatan lewat partisipasi siswa dan pengajar.

Mereka tidak hanya akan memperoleh informasi yang dibutuhkan, tapi juga dapat memberikan persepsi, pengetahuan dan latar belakang masing-masing dalam AI sehingga dapat memperkaya data model untuk pengguna lainnya.

Memecahkan Masalah secara Kreatif

Dengan mempelajari AI, siswa didorong untuk berpikir lebih kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. Mereka akan terbiasa dengan cara-cara baru dalam mencari informasi, seperti merancang pertanyaan yang spesifik dan relevan.

Proses ini akan meningkatkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pertanyaan masing-masing guna mendapatkan jawaban yang di inginkan.

Membangun Large Language Models (LLM) Lokal:

Siswa dan pengajar dapat berkontribusi dalam pengembangan model bahasa lokal mereka sendiri, terutama karena model dengan miliaran parameter memerlukan sumber daya energi yang besar.

Dengan membangun model mereka sendiri untuk bidang studi masing-masing, LLM dapat berjalan dengan biaya yang lebih rendah dengan perangkat keras yang lebih terjangkau serta membuat AI lebih mudah dipahami. AI yang explainable merupakan hal yang penting untuk memahami, meningkatkan, dan mempercayai hasil dari sistem AI.

 

AI yang Etis:

Organisasi yang ingin mengimplementasikan AI memiliki tanggung jawab fundamental untuk menguatkan kepercayaan publik akan teknologi AI.

Prinsip etika merupakan hal yang sangat penting, dan organisasi-organisasi juga menyadari bahwa untuk mencapai penggunaan AI yang dapat dipercaya membutuhkan keterbukaan dan keragaman dalam hal ekosistemnya.

AI harus di diperkaya oleh keanekaragaman aset data, praktisi, dan mitra ekosistem yang memungkinkan adanya peningkatan yang berkelanjutan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam surat edaran no.9 / 2023 menjabarkan tentang prinsip bisnis Kecerdasan Buatan (AI) yang beretika, termasuk tiga aturan mengenai nilai etika, eksekusi yang beretika, dan penggunaan yang bertanggung jawab dalam pengembangan AI.

Seluruh pemangku harus menyadari prinsip-prinsip ini agar bisa memastikan keamanan dan keragaman ekosistem AI yang tidak tercemar oleh data yang diragukan dari sumber yang tidak diketahui.

 

Percepat Integrasi AI ke Kurikulum Pendidikan Indonesia

Pemerintah Indonesia menargetkan untuk menghasilkan 9 juta talenta digital pada tahun 2030, atau diperkirakan 600,000 individu setiap tahun. Oleh karena itu, mempercepat integrasi AI dalam kurikulum pendidikan Indonesia merupakan langkah penting untuk mengatasi tantangan di era digital dan memenuhi permintaan talenta digital.

Kolaborasi antara pemerintah, institusi edukasi, dan perusahaan teknologi sangat penting untuk menciptakan sebuah ekosistem edukasi yang mendukung kelayakan dan pengertian etika dalam penggunaan AI.

Dengan upaya bersama, perguruan tinggi tidak hanya dapat menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tuntutan industri tetapi juga berperan aktif dalam memajukan berbagai sektor di seluruh Indonesia. IBM sendiri berkomitmen untuk melatih 30 juta pelajar secara global pada tahun 2030.

Saya percaya perusahaan teknologi harus secara proaktif berkolaborasi guna terus mendukung percepatan AI dalam dunia pendidikan. Target untuk Indonesia Emas 2045 hanya tinggal 20 tahun lagi, dan kita memiliki peluang besar untuk melangkah lebih jauh ke masa depan!

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya