Liputan6.com, Jakarta - Kalahkan Spotify, YouTube yang awalnya dikenal sebagai platform video, saat ini mengantongi lebih dari 1 miliar penonton aktif bulanan untuk konten podcast per Januari 2025.
Informasi ini menuai perhatian para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Minggu (2/3/2025) kemarin.
Advertisement
Baca Juga
Berita lain yang juga populer datang dari Microsoft yang mendesak Donald Trump untuk melonggarkan aturan ekspor Chip AI.
Advertisement
Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.
1. YouTube Lampaui Spotify, 1 Miliar Orang Tonton Podcast di Platform Ini!
YouTube semakin mengukuhkan diri sebagai raja konten digital, termasuk di ranah podcast. Walau awalnya dikenal sebagai platform video, YouTube sekarang mencatat lebih dari 1 miliar penonton aktif bulanan untuk konten podcast per Januari 2025.
Data dari Edison Research menunjukkan, hampir sepertiga dari pendengar podcast mingguan berusia 13 tahun ke atas lebih memilih YouTube sebagai platform utama mereka.
Tidak cuma lewat headphone atau smartphone, podcast di YouTube juga banyak dinikmati di layar besar. Sepanjang tahun 2024, lebih dari 400 juta jam konten podcast diputar melalui perangkat di ruang keluarga seperti smart TV.
Mengutip Engadget, Minggu (2/3/2025), ini menjadi tanda konsumsi podcast semakin luas, bukan lagi terbatas pada format tradisional.
Fenomena Podcast di YouTube
Popularitas podcast di YouTube tak lepas dari keunggulan platform ini, yaitu memungkinkan kreator menggabungkan elemen visual dan audio.
Penonton bisa melihat ekspresi narasumber, membaca subtitle, atau sekadar menikmati tampilan visual lebih engaging dibanding hanya mendengarkan audio biasa.
Banyak podcaster terkenal memilih YouTube karena monetisasi lebih menguntungkan dibanding platform podcast tradisional, seperti Spotify.
Â
2. Microsoft Desak Donald Trump Longgarkan Aturan Ekspor Chip AI, Apa Alasannya?
Microsoft meminta tim Presiden Donald Trump untuk melonggarkan aturan ekspor chip kecerdasan buatan (AI) ditetapkan di akhir masa kepemimpinan Joe Biden.
Mengutip laman Reuters, Minggu (2/3/2025), Microsoft berpendapat, aturan ini malah merugikan negara sekutu seperti India, Swiss, dan Israel, dan membuat perusahaan teknologi AS kesulitan membangun pusat data AI di sana.
Pembatasan ini juga berdampak besar pada perusahaan teknologi AS. Mereka jadi sulit menjual chip AI ke China, yang merupakan salah satu pasar terbesar. Hal ini mempercepat persaingan global dalam pengembangan AI.
Nvidia, sekarang menjadi raja di industri chip AI paling terkena imbasnya. Raksasa manufaktur chipset yang biasa dipakai untuk berbagai aplikasi seperti ChatGPT, sudah lebih dulu kena pembatasan ekspor, dan sekarang makin dipersempit lagi.
Di akhir kepemimpinannya, Biden menetapkan kebijakan untuk menjaga teknologi AI tetap di AS sekaligus membatasi akses China.
Kendati demikian kebijakan ini bisa jadi bumerang, kata Microsoft. Beberapa sekutu AS terkena dampak bisa beralih ke teknologi China karena pasokan dari AS berkurang.
"Jika aturan ini tetap berlaku, China bisa lebih unggul dalam pengembangan teknologi AI, seperti yang terjadi dengan 5G beberapa tahun lalu," kata perusahaan yang berbasis di Redmond tersebut.
Â
Advertisement
3. Ini 5 Tren AI yang Akan Ubah Masa Depan Industri Otomotif di 2025
Industri otomotif disebut tengah berada di titik krusial. Pernyataaan itu juga bukannya tanpa alasan.
Dengan persaingan global yang ketat, ekspektasi pelanggan yang terus berkembang, serta tantangan rantai pasok, para produsen otomotif kini semakin gencar memanfaatkan teknologi kecerdasan artifisial (AI) dan komputasi awan (cloud).
Menurut Country Director, Indonesia, Google Cloud Fanly Tanto, 2024 menjadi momentum transisi dari proyek percontohan menuju penerapan nyata. Sementara di 2025, AI akan menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan industri.
Untuk itu, Google Cloud memprediksi lima tren utama yang akan mengubah proses mobil dirancang, diproduksi, dipasarkan, dan digunakan:
1. AI Generatif Tingkatkan Efisiensi Operasional
Produsen otomotif mulai mengadopsi AI generatif untuk mengotomatisasi tugas administratif dan produksi. Toyota, misalnya, telah menggunakan AI Hypercomputer dari Google Cloud untuk mengintegrasikan AI ke dalam pabriknya.
Dijelaskan, teknologi ini memungkinkan AI memeriksa aplikasi perekat kaca mobil dan mendeteksi anomali dalam proses cetak injeksi bumper.
AI berbasis cloud telah mengotomatiskan lebih dari 10.000 jam kerja tugas repetitif. Jadi, pekerja manusia dimungkinkan fokus pada inovasi dan strategi bisnis.
Infografis Geger Akun Penyebar Hoaks di YouTube. (Liputan6.com/Trieyasni)
Advertisement
