Kondisi perusahaan BlackBerry makin memprihatinkan. Produsen smartphone asal Kanada itu dilaporkan merugi hingga 965 juta dolar AS atau sekitar Rp 11,1 triliun (kurs $1 = Rp 11.600) pada kuartal dua yang berakhir 31 Agustus 2013.
"Kami sangat kecewa dengan hasil kinerja operasional dan keuangan kami pada kuartal ini, dan telah mengumumkan serangkaian perubahan besar agar bisa kompetitif dan merestrukturisasi biaya," kata CEO BlackBerry Thorsten Heins.
Heins mengakui beberapa kegiatan yang dilakukan perusahaan menimbulkan ketidakpastian, namun menurutnya perusahaan berada dalam kondisi finansial yang kuat dengan kas sebesar $ 2,6 miliar dan tidak ada utang.
BlackBerry hanya berhasil mengantongi pendapatan sebesar $ 1,6 miliar pada Q2 2013, turun 45% dibanding periode yang sama tahun lalu. Heins menyatakan akan melakukan perubahan yang diperlukan untuk menciptakan model bisnis yang lebih baik, khususnya untuk produk-produk yang bermasalah seperti BlackBerry Z10 yang kurang laris di pasaran.
Beberapa waktu lalu BlackBerry mengumumkan rencananya untuk memangkas sekitar 40% karyawannya secara global atau 4.500 orang untuk merestrukturisasi perusahaan.
Ditawar
Seperti diketahui, beberapa tahun lalu BlackBerry pernah menjadi pemimpin di pasar smartphone. Namun taringnya mulai meredup sejak kehadiran iPhone dan perangkat Android.
Awal pekan ini BlackBerry mengumumkan bahwa sebuah perusahaan Kanada, Fairfax Financial Holdings Limited yang dimiliki oleh miliuner Prem Watsa -- berniat mengakuisisi BlackBerry. Fairfax adalah salah satu pemegang saham terbesar di BlackBerry.
Hingga saat ini BlackBerry masih memiliki sekitar 70 juta pelanggan di seluruh dunia, namun sebagian besar menggunakan handset BlackBerry lawas. Kehadiran perangkat dengan sistem operasi terbaru BlackBerry 10 nyatanya gagal mendapat perhatian.
Menurut perusahaan riset IDC, pangsa pasar global BlackBerry hanya 2,9 persen pada kuartal kedua, angka ini yang terendah sejak perusahaan berdiri. (dew)
"Kami sangat kecewa dengan hasil kinerja operasional dan keuangan kami pada kuartal ini, dan telah mengumumkan serangkaian perubahan besar agar bisa kompetitif dan merestrukturisasi biaya," kata CEO BlackBerry Thorsten Heins.
Heins mengakui beberapa kegiatan yang dilakukan perusahaan menimbulkan ketidakpastian, namun menurutnya perusahaan berada dalam kondisi finansial yang kuat dengan kas sebesar $ 2,6 miliar dan tidak ada utang.
BlackBerry hanya berhasil mengantongi pendapatan sebesar $ 1,6 miliar pada Q2 2013, turun 45% dibanding periode yang sama tahun lalu. Heins menyatakan akan melakukan perubahan yang diperlukan untuk menciptakan model bisnis yang lebih baik, khususnya untuk produk-produk yang bermasalah seperti BlackBerry Z10 yang kurang laris di pasaran.
Beberapa waktu lalu BlackBerry mengumumkan rencananya untuk memangkas sekitar 40% karyawannya secara global atau 4.500 orang untuk merestrukturisasi perusahaan.
Ditawar
Seperti diketahui, beberapa tahun lalu BlackBerry pernah menjadi pemimpin di pasar smartphone. Namun taringnya mulai meredup sejak kehadiran iPhone dan perangkat Android.
Awal pekan ini BlackBerry mengumumkan bahwa sebuah perusahaan Kanada, Fairfax Financial Holdings Limited yang dimiliki oleh miliuner Prem Watsa -- berniat mengakuisisi BlackBerry. Fairfax adalah salah satu pemegang saham terbesar di BlackBerry.
Hingga saat ini BlackBerry masih memiliki sekitar 70 juta pelanggan di seluruh dunia, namun sebagian besar menggunakan handset BlackBerry lawas. Kehadiran perangkat dengan sistem operasi terbaru BlackBerry 10 nyatanya gagal mendapat perhatian.
Menurut perusahaan riset IDC, pangsa pasar global BlackBerry hanya 2,9 persen pada kuartal kedua, angka ini yang terendah sejak perusahaan berdiri. (dew)