Kedelai Impor versus Kedelai Lokal

Akibat pelemahan rupiah, tahu tempe yang selama ini dikenal sebagai makanan kelas bawah terancam langka.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Agu 2015, 13:20 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2015, 13:20 WIB
Kedelai Lokal Vs Kedelai Impor
Akibat pelemahan rupiah, tahu tempe yang selama ini dikenal sebagai makanan kelas bawah terancam langka.

Liputan6.com, Jakarta - Akibat pelemahan rupiah, tahu dan tempe terancam langka karena sejumlah perajin sudah mulai gulung tikar. Indonesia sendiri masih mengandalkan 70 persen kedelai impor dan 30 persen kedelai lokal.

Lalu mengapa Indonesia masih impor dan tidak mengandalkan produksi lokal?

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (30/8/2015), produksi kedelai di dalam negeri saat ini belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan yang cukup besar setiap tahunnya.

Tahun 2015 kebutuhan kedelai mencapai 2,5 juta ton, sementara produksi tahun 2014 sebesar 856.000 ton hingga 1,2 juta ton. Untuk menutupi kekurangan, Indonesia masih butuh impor 2 hingga 3 tahun.

Sementara akibat pelemahan nilai rupiah, harga kedelai impor naik dari Rp 6.200 per kg menjadi Rp 7.000 per kg. Sementara harga kedelai lokal berada di kisaran Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per kg.

Impor kedelai terbesar di Indonesia berasal dari Amerika sebanyak 1,8 juta ton. Kemudian dari Malaysia 120 ribu ton, Argentina 73 ribu ton, Uruguay 16 ribu ton, dan Brasil 13 ribu ton.

Sejauh ini kedelai impor sebagai bahan baku lebih diminati karena dinilai lebih bagus ketimbang kedelai lokal. Karena kedelai lokal memiliki kelemahan proses peragian dan pengukusan tempe butuh waktu lama.

Dari segi bibit, kualitas kedelai lokal jika ditanam tingginya hanya mencapai 30 cm sementara tinggi kedelai di China bisa mencapai 1,5 meter. Dari segi kadar air, kedelai lokal memiliki kadar air yang tinggi sedangkan kedelai impor sangat kering sehingga bagus untuk bahan pembuatan tempe.

Ironisnya tak hanya kedelai, dalam 10 tahun terakhir impor pangan meningkat 3 kali lipat. Menggenjot swasembada pangan harus jadi solusi manakala rupiah tengah melemah seperti saat ini. (Nda/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya