Liputan6.com, Pekanbaru - Sebanyak 6 boks bayi serta pendingin udara disiapkan di ruang aula lantai 3 Kantor Walikota Pekanbaru, Riau. Ruang berkapasitas 100 kepala keluarga ini disiapkan untuk tempat evakuasi warga terutama anak-anak dan balita.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Rabu (30/9/2015), tabung gas oksigen juga disiapkan ruang evakuasi. Ruang evakuasi disediakan bagi warga terutama keluarga tidak mampu yang mempunyai bayi atau balita.
"Kami melihat bahwa khusus untuk anak-anak ini setiap hari penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) semakin bertambah di samping orang dewasa. Kemudian yang lebih rentan lagi anak-anak yang berusia di bawah 1 tahun," kata Walikota Pekanbaru, Firdaus.
Advertisement
Di Riau, angka penderita ISPA yang terdata Dinas Kesehatan setempat sudah mencapai lebih dari 44.000 orang.
Seorang bayi berusia 13 bulan bahkan harus dirawat di RS Santa Maria Pekanbaru. Bayi bernama Gibran Oktora tersebut diduga menderita pneumonia atau radang paru. Bayi pasangan Yusra Afdal dan Heryanti telah berusaha menjauhkan anak mereka dari bahaya asap sejak sang bayi mulai batuk dan pilek namun sia-sia.
"Kasihan kan umurnya baru 13 bulan. Berapa tahun lagi jadi apa, itu yang saya kasihan. Karena saya terus terang saja saya bukan perokok. Dari dulu enggak pernah merokok, makanya kok bisa sampai kaya gini. Sudah saya bawa ke Sumbar, sama saja," ucap ayah bayi Yusra Afdal.
Di Provinsi Jambi, angka Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di sejumlah kawasan sudah sangat berbahaya melebihi batas maksimal pengukur ISPU yaitu 500. Angka ISPU di Kabupaten Muaro Jambi bahkan mencapai 731. Jumlah penderita ISPA di Jambi sudah lebih dari 60.000 orang.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi sepakat akan mengusulkan kabut asap sebagai bencana nasional. Pemprov Jambi meminta pemerintah pusat mengerahkan kemampuan nasionalnya untuk memadamkan titik api di Sumatera Selatan yang mengakibatkan Jambi penuh asap.
Di Palembang, Sumatera Selatan, kabut asap pekat masih menyelimuti kota dan sekitarnya. Sejumlah siswa terpaksa belajar di tengah kepungan tebalnya kabut asap padahal sudah banyak siswa yang terserang ISPA. Kondisi ini semakin diperparah dengan pemadaman listrik bergilir yang dilakukan oleh PLN. (Vra/Yus)