Masyarakat RI Andalkan Deposito untuk Masa Pensiun

Sebagian besar masyarakat Indonesia ternyata mengandalkan deposito untuk masa pensiun.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 16 Apr 2014, 17:39 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2014, 17:39 WIB
Ilustrasi Rupiah
Ilustrasi Rupiah (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar masyarakat Indonesia ternyata mengandalkan deposito untuk masa pensiun. Akan tetapi, penempatan dana pensiun untuk deposito ini dinilai kurang tepat karena rawan inflasi.

SVP and Head of Wealth Management HSBC Indonesia, Steven Suryana menuturkan, semakin bertambah usia maka perencanaan pensiun semakin tertunda. Saat ini pun usia harapan hidup semakin tinggi. Usia harapan hidup mencapai 67 tahun pada 2000. Lalu saat ini 70 tahun, dan meningkat menjadi 76 tahun pada 2020.

"Untuk usia 30-40 tahun rencana pensiun menjadi usia 53. Lalu usia 40-50 tahun maka usia pensiunnya jadi 55 tahun, dan bahkan ada di atas usia 55 tahun," kata Steven, Rabu (16/4/2014).

Ia menambahkan, dari hasil survei, sekitar 82% masyarakat Indonesia menggantungkan dana pensiun dari deposito. Padahal deposito bukan investasi tepat karena deposito rawan inflasi yang terus meningkat.

Lalu sebanyak 46% masyarakat Indonesia bergantung pada penjualan properti. Selanjutnya sebanyak 41% masyarakat Indonesia mengandalkan investasi, lalu Jamsostek sebesar 18%, warisan sebesar 14%, dan dukungan keluarga sebesar 4%.

"Dana pensiun tak hanya dari perbankan, harga perawatan medis juga bertambah," ujar dia.

Sementara itu, Chief Executive Officer Allianz Indonesia, Joachim Wessling mengatakan, asuransi juga dapat menjadi pilihan untuk perencanaan hari tua. Dengan memiliki asuransi juga sebagai langkah antisipasi jika kesehatan mengancam sebelum masa pensiun tiba.

"Kalau sakit sebelum usia pensiun maka uangnya akan habis untuk kesehatan," kata Joachim.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya