Tiga Tantangan Membangun Jembatan Selat Sunda

Dalam pembangunan jembatan sepanjang 22 kilometer tersebut harus memikirkan kekuatan dari gempa bumi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Apr 2014, 20:50 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2014, 20:50 WIB
Ilustrasi Jembatan Selat Sunda
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta PT Graha Banten Lampung Sejahtera, perusahaan konsorsium yang mendapat mandat membangun Jembatan Selat Sunda (JSS), mengungkapkan ada tiga tantangan dalam pembangunan JSS yang saat ini masih tahap pra studi kelayakan.

Direktur Utama PT GBLS Agung Prabowo mengatakan, tantangan pertama pembangunan JSS adalah tantangan alam. Di antara jembatan yang akan menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera tersebut terdapat Gunung Anak Krakatau, sehingga harus dipikirkan agar jembatan tersebut tidak terkena letusan.

"Tahun 1883 letusannya sangat besar. Sekarang Anak Krakatau kecil, statistik letusannya kecil-kecil. Berbahaya jika dia hanya diam. Kalau itu terjadi kami lakukan apa? Kami suntik. Supaya jembatan tidak kena letusan," kata Agung, usai mengisi diskusi dalam acara Indonesia Green Infrastruktur, di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, Selasa (29/7/2014).

Dalam pembangunan jembatan sepanjang 22 kilometer tersebut juga harus memikirkan kekuatan dari gempa bumi, sehingga penggunaan tehnologi tahan gempa sangat diperlukan. "Gempa. Bicara gempa, Jepang bangunannya tahan gempa," tegasnya.

Tantangan kedua dalam pembangunan JSS adalah masalah pendanaan. Menurutnya harus ada kejelasan sumber pendanaan. "Biaya segitu bagaimana, sumber dananya dari mana?" tuturnya.

Tantangan ketiga adalah kelembagaan, Agung menambahkan, kejelasan kelembagaan sangat penting, karena pembangunan jembatan ini adalah proyek besar, dibutuhkan banyak pihak untuk berperan dalam pembangunan infrastruktur ini.

"Penting, untuk proyek seperti ini kelembagaannya harus jelas, semua pihak harus fokus ini kepentingan masyarakat banyak," pungkasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya