Gara-gara RI, Dunia Kekurangan Nikel

Kebijakan yang diterapkan Indonesia pada 12 Januari 2014 telah mengurangi pasokan nikel di pasar internasional.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 07 Mei 2014, 07:05 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2014, 07:05 WIB
Tambang
(Foto: Antara)

Liputan6.com, New York- Langkah Indonesia melarang ekspor mineral mentah diprediksi bakal mendongkrak harga nikel naik hingga 20% pada tahun ini. Kebijakan yang diterapkan Indonesia pada 12 Januari 2014 telah mengurangi pasokan nikel di pasar internasional.

Dilansir dari Bloomberg Businessweek, Rabu (7/5/2014), tak hanya larangan ekspor mineral, hasil survei terhadap para analis dan pedagang menunjukkan peningkatan kerusuhan di Ukraina juga telah menjadi pendukung penguatan harga nikel,

Berdasarkan hasil survei Bloomberg News, harga jual nikel untuk industri logam sejak Januari terus menguat dan akan menembus level US$ 22 ribu per ton pada akhir 2014. Harga nikel berjangka di London metal Exchange telah naik 33% pada tahun ini, setelah tahun lalu tercatat amblas 19%.

Indonesia, penambang nikel nomor satu di dunia, telah melarang ekspor bijih mineral mentah demi mendorong pengembangan industri pengolahan mineral di dalam negeri.

Sementara Rusia, produsen nikel nomor dua, harus menghadapi kemungkinan sanksi ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa atas tindakan pemerintahan Presiden Vladimir Putin untuk mengobarkan kerusuhan di tetangganya .

"Nikel memiliki momentum penguatan harga dan menarik minat  para spekulan," kata pendiri dan analis senior dari Mine Life Pty., Gavin Wendt.

Macquarie Group Ltd memperkirakan defisit pasokan nikel pada semester II 2014 dan akan semakin melebar pada tahun depan. Diharapkan Indonesia bakal melonggarkan kebijakan larangan ekspor bijih mineral mentah.

Goldman Sachs Group Inc dan Morgan Stanley juga proyeksikan dunia akan kekurangan nikel pada 2015. Pasalnya, permintaan nikel di pasar melebihi pasokan yang tersedia.

Indonesia tercatat memasok sekitar 25% dari total pasokan global. Menurut Goldman Sachs, industri China paling tertekan karena pasokan bijih untuk membuat nikel pig iron menjadi berkurang. Kenaikan harga juga mengakibatkan biaya pembelian bijih meningkat hingga 90% pada tahun ini. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya